Luis Enrique selalu hadir di pinggir lapangan. Memberi support dan mengeksekusi perubahan taktik manakala La Furia Roja mengalami kesulitan membongkar pertahanan lawan.
Gli Azzuri. Tridente Ciro Immobile, Domenico Berardi, dan Lorenzo Insigne menjadi andalan lini depan Timnas Italia. Formasi 4-3-3 memungkinkan Roberto Mancini lebih mengekploitasi kemampuan para pemain untuk lebih jauh menusuk dan bertahan secara dinamis.
Di tangan Mancini, Italia bukan sekedar tim yang tangguh bertahan dan sekali waktu membunuh dengan serangan balik.
Mancini paham betul kualitas para pemain yang direkrutnya. Membuat Italia lebih dinamis dalam bertahan dan menyerang dengan determinasi tinggi.
Immobile dan Insigne mampu menjadi mesin gol bagi Gli Azzuri. Ciro Immobile menyumbang 2 gol dan satu assist, sedangkan Lorenzo Insigne dua gol.
Immobile bukan hanya bisa menjadi pencetak gol, tapi bisa jadi penyuplai bola yang baik. Para penggedor jala lawan ditopang Jorginho sebagai jenderal lapangan tengah nan elegan dan tangguh.
Danish Dynamite. Insiden kolapsnya Christian Eriksen di gelaran awal Euro 2020 masih begitu membekas. Menyebabkan Tim Dinamit seakan kehilangan sosok jendral lapangan yang juga gelandang andalan Inter Milan.
Namun, Kasper Hjulmand sebagai pelatih begitu cepat membangun tim yang mampu meledak di saat tepat. Denmark mampu menjadi satu-satunya tim underdog yang menginjakkan kakinya hingga ke semifinal Euro 2020.
Hjulmand mengubah sistem dan pendekatan Denmark, beralih ke tiga bek dengan bek sayap. Mampu mengontrol permainan di lini tengah melalui passing segitiga.
Denmark adalah tim yang terlatih untuk menyesuaikan dengan perubahan. Kualitas pemain dan kekompakan tim menjadi kata kunci modal Denmark melangkah lebih jauh menuju Partai Final Euro 2020.
The Three Lions. Timnas Inggris kian difavoritkan sebagai kandidat juara Euro 2020 setelah tampil impresif di fase gugur. Kemenangan 4-0 atas Ukraina membuktikan betapa semakin bahayanya para pemain Inggris melumat lawan.