Ada bendera rindu mulai kusam di sana, berkibar-kibar lemah menyapa. Sementara angin berputar liar. Burung-burung terus-terusan bermunculan, masih membawa kabar.
Adalah jendela. Mengikuti lekuk-lekuk jalanan. Memutar kepala ke arah belakang. Masihkah kau simpan aroma luka kita?
Pucuk-pucuk pinus, batang-batang mahoni telah lirih menyuarakan romantika. Raungan kereta tiadalah terdengar, sebab rindu telah lama menguar.
O...gempita senja kehidupan. Sunyimu sakitku. Diammu matiku. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!