Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menangisi Puisi

21 Mei 2021   15:01 Diperbarui: 21 Mei 2021   15:05 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kesedihan. Sumber: Ulrike Mai on Pixabay

Hujan, menghadirkan tatapan sepasang mata senja. Ada letupan-letupan bahagia di beranda. Bait-bait renjana, mencipta puisi cinta.

Hujan pula, menutup cerita di antara larik-larik duka. Betapa singkat bahagia membahana. Betapa pekat mendung-mendung luka meluruhkan nestapa.

Gelombang waktu memisahkan cerita. Nun jauh tanpa aksara. Puisi cinta terlilit benang-benang luka lama. Tanda tanya, hanyalah mimpi-mimpi bunga asa.

Saat waktu menghentak duka luka, ada fatamorgana melukis bianglala. Kegenitan pikiran sesaat menggulma. Ada tanya, akankah lupa?... 

Baginya, puisi keabadian cinta menjawab keraguan-keraguan di titik-titik persimpangan tanda. Tak kan pernah lupa. Tak kan pernah binasa.

Puisi cinta, abadi dalam sanubari. Namun waktu, seringkali mencipta airmata. Duka luka, masih menganga. Apakah kau rasa juga?...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun