Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Idul Fitri 2021: Dari "Selamat Tinggal Petasan" hingga "Polemik Salam Tempel"

19 Mei 2021   21:55 Diperbarui: 19 Mei 2021   22:14 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menyulut Petasan di Tengah Jalan. Sumber: antaranews.com

"Menyulut petasan meskipun sudah ada sanksi pidana, masih cukup riuh di berbagai daerah. Salam tempel, haruskah dihilangkan?"...

Hari Raya Idul Fitri identik dengan Hari Raya Anak-anak. Hari yang sangat dinantikan oleh anak-anak berbagai usia. Hari "Kebahagiaan HQQ" yang selalu dirindukan anak-anak.

Menyiapkan dan memberikan salam tempel, menghidangkan makanan dan minuman enak-enak adalah sebagian tradisi lebaran. Tradisi yang sangat disukai anak-anak. Memberikan arti bahagia yang sesungguhnya kepada mereka.

Orang tua sangat memahami betul bagaimana cara membahagiakan anak-anak di Hari raya Idul Fitri. Sebab orang tua pernah menjadi dan merasakan dunia anak-anak di saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Anak-anak dari Masa ke Masa

Generasi yang lahir antara tahun 1960-an sampai dengan 1980-an pasti masih ingat kemeriahan menyambut dan merayakan Idul Fitri.  

Menjelang dan saat Hari Raya Idul Fitri, takbir dan iringan bedug menyeponggang seakan menembus langit. Bunyi petasan berbagai ukuran dan semarak kembang api tak kalah meriah.

Jenis petasan "Blanggur" seukuran kaleng hingga timba bunyinya menggelegar. Petasan "Rentengan" meledak tak henti-henti bersahutan. Petasan "Bantingan" seukuran kelereng dan "Letek" seukuran lidi, ikut meramaikan di sudut rumah dan gang sempit.

Hampir di setiap jalan dan gang kertas-kertas sisa petasan bertebaran menghias dan menanda meriahnya lebaran waktu itu. Buku pelajaran, majalah, dan koran tak terpakai dikorbankan untuk bungkus petasan. Masih ingatkah?...  

Maraknya "Teror Bom" dan "Kecelakaan Ledakan Petasan" mengurangi kemeriahan hiruk pikuk merayakan Idul Fitri di masa kini. Sebab merakit, menyimpan, dan memperjualbelikan petasan "dilarang" dan dikenai "sanksi pidana".

Barang siapa yang tertangkap bermain petasan dan memberi dampak negatif kepada masyarakat dapat dijerat Pasal 187 KUHP dengan ancaman pidana penjara selama 12 tahun. Dan jika petasan yang diledakkan mengancam nyawa atau menyebabkan kematian, hukuman pidana dapat diperpanjang sampai 20 tahun. (jabarekspres.com)  

"Selamat tinggal petasan" ramai diperbincangkan walaupun pernak-perniknya masih cukup riuh di berbagai daerah. Bagaimanakah dengan salam tempel? Ada yang mengusik dan haruskah dihilangkan?...

Tegakah menghilangkan kebahagiaan anak-anak menghitung hasil salam tempel? Sudut pandang boleh beda. Salam tempel, salah satu tradisi yang ditunggu anak-anak.

Banyak orang mempersiapkan uang salam tempel sebelum lebaran tiba. Bagi mereka, memberi kebahagiaan dengan uang salam tempel kepada anak-anak adalah tradisi yang harus ada. Mereka pernah mengalami masa kanak-kanak dan pernah merasakan kebahagiaan anak-anak saat menerima salam tempel.

Anak-anak Menghitung Hasil Salam Tempel. Sumber: Screenshot/Instagram/seputar_pasuruan
Anak-anak Menghitung Hasil Salam Tempel. Sumber: Screenshot/Instagram/seputar_pasuruan
Coba perhatikan, saat rumah ramai didatangi anak-anak, tanpa salam tempel mungkin seibarat "makan tanpa garam". Perhatikan pula raut wajah anak-anak saat menerima uang tempel, adakah yang cemberut? Tidak khan?...

Refleksi Idul Fitri 2021

Tradisi menyulut petasan? Memang susah menghilangkan tradisi ini. Melarang dan ada sanksi pidana belum cukup ampuh menghentikan. Percayalah, lambat laun akan terkikis dan hilang dengan sendirinya.

Melarang dan menghilangkan tradisi salam tempel? Rasanya, tidak tega mengurangi dan menghilangkan kebahagiaan anak-anak. Inilah sisi lain refleksi Idul Fitri 2021 yang perlu disikapi secara bijak.

Berikan kebahagian kepada anak-anak meskipun sedikit memberi uang salam tempel daripada tidak sama sekali.

Sesuaikan kemampuan finansial untuk memberikan uang salam tempel. Siapkan amplop unik dan menarik khas anak-anak untuk mengalihkan perhatian mereka pada jumlah uang salam tempel. Jikapun perlu siapkan uang pecahan baru, tentu anak-anak rasa bahagianya berlipat.

Model Unik dan Asyik Amplop Salam Tempel. Sumber: Screenshot/bukalapak.com
Model Unik dan Asyik Amplop Salam Tempel. Sumber: Screenshot/bukalapak.com
Dampingi anak untuk mengelola hasil uang salam tempel. Gunakan untuk membeli kebutuhan barang atau jasa yang bermanfaat. Contoh untuk membeli tas sekolah baru atau ditabung untuk sewaktu-waktu wisata edukasi bersama keluarga. Tentu akan lebih bermakna.

Hindari menipu dan mengeksploitasi anak-anak untuk menambah "rezeki keluarga" lewat salam tempel, tahu khan maksudnya? Kejujuran dan kebijaksanaan orang tua cermin kebahagiaan keluarga.

Bagaimana? Setujukah menghilangkan tradisi menyulut petasan dan melestarikan salam tempel di Hari Raya Idul Fitri?...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun