Siapa tak kenal bakpao? Makanan berbahan tepung terigu ini "sempat diviralkan" Fredrich Yunadi dalam kasus korupsi megaproyek e-KTP Setya Novanto.
Mendengar dan melihat bakpao, pikiran Agha pasti ingat Pak Sumirat. Lelaki umur 60 tahunan lebih yang masih setia menjual bakpao di trotoar Jalan Suroyo.
Umur yang mendekati uzur dan kelemahan fisik, bukanlah pantangan bagi Pak Sumirat untuk mengais rezeki. Meskipun harus tertatih-tatih mendorong gerobak bakpao sekitar 1 kilometer lebih dari rumahnya.
Perawakan Pak Sumirat tegap, berkulit bersih, wajah hampir seperti orang Arab. Pak Sumirat memiliki kelemahan fisik. Memakai tangan dan kaki palsu. Kondisi yang memang harus dijalani setelah kecelakaan saat berjualan bakpao tiga puluh tahun lalu.
Tanggung jawab keluarga dengan dua anak tidak mematahkan semangat mengais rezeki demi asap dapurnya tetap mengepul. Pantang bagi Pak Sumirat untuk mengemis bermodal kelemahan fisik.
Beruntung ada donatur menyumbangkan tangan dan kaki palsu. Cukup membantu kelemahan fisik menopang aktivitas keseharian Pak Sumirat untuk kembali berjualan bakpao.
***
Sore nan mendung. Awan-awan menggelayut manja di pundak langit. Angin dingin cukup kencang mulai menyapa dan membentur pemburu senja.
Angin dari arah timur nan cukup kencang, tanda "nemor" menjelang. Akan semakin kencang mencipta nama "Angin Gending" yang telah lama bergelut dengan alam di sekitar pesisir Kota Seribu Taman.
Dari arah alun-alun, Agha segera memburu satu titik. Tempat di mana Pak Sumirat mangkal dengan gerobak dorong berlabel "Pak Kumis".
"Pak, tolong bungkus bakpaonya 50 ribu rupiah"