Dalam situasi damai inilah memungkinkan dibangunnya mahakarya Candi Borobudur. Memanfaatkan bahan lokal berupa batuan andesit yang memang banyak terdapat di sekitar lokasi Candi Borobudur.
Mahakarya Candi Borobudur sempat terpendam selama ratusan tahun. Baru ditemukan kembali pada masa pemerintahan jajahan Inggris di Indonesia di bawah pimpinan Letnan Gubernur-Jenderal Sir Stamford Raffles.
Raffles mendapat kabar ditemukannya monumen kuno yang sangat besar di Desa Bumisegoro, dekat Magelang. Raffles mengirim anak buahnya, seorang insinyur Belanda bernama Cornelius, untuk melihat Candi Borobudur. Cornelius tiba di Bumisegoro dan mendapati Candi Borobudur dalam keadaan rusak. Sebagian bangunan tertimbun dan semak belukar menyelimuti karya besar peradaban Buddha abad ke-9 itu. (Jejak Bencana di Borobudur/nasional.kompas.com)Â
Mengapa Candi Borobudur terpendam dan ditinggalkan cukup lama? Menarik untuk diungkap dan masih mengemuka sebagai polemik kajian analitik historis.
Berpijak pada ditemukannya kembali Candi Borobudur oleh Cornelius dalam keadaan rusak. Sebagian bangunan tertimbun dan semak belukar menyelimuti karya besar peradaban Buddha ini, sangat dimungkinkan letusan maha dahsyat Gunung Merapi menjadi penyebabnya.
Peradaban nan agung tidaklah mudah ditinggalkan begitu saja. Dimungkinkan hanya malapetaka besar yang mampu menutup sejarah peradaban untuk sementara waktu dan bahkan mungkin selamanya.
Grazia Rekacipta, Pentas Spektakuler Budaya Nusantara
Mengungkap peradaban Candi Borobudur bertema "Sound of Borobudur" sangat menarik. Melalui kajian pada relief candi ditemukan juga adanya peralatan seni musik. Hal ini menandakan bahwa saat Candi Borobudur dibangun masyarakat sudah mengenal seni musik.
Candi Borobudur bukan sekedar tempat ibadah untuk memuliakan Buddha. Adanya relief yang menggambarkan kehidupan masyarakat pada zamannya memberi makna nilai sastra dan budaya.
Sound of Borobudur lahir dari hasil melihat, mengamati, dan meneliti lebih dalam nilai budaya seni musik pada relief Candi Borobudur. Mengambil dari sebagian 1.460 panil relief cerita dan 1.212 panil relief dekoratif.
Relief Karmawibhangga melukiskan gambaran kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa kuno, termasuk aktifitas kesenian, baik kesenian musik maupun tari.
Lebih dari 10 panel relief Karmawibhangga menggambarkan penggunaan 4 jenis alat musik, yaitu jenis idiophone (kentongan dan kerincingan), membraphone (gendang, kentingan), chardophone (alat musik dawai/senar petik dan gesek), dan jenis alat musik aerophone (alat musik tiup). (Sound of Borobudur: Membunyikan Kembali Alat Musik dari Abad Ke-8/japungnusantara.org).
Membunyikan Borobudur rasanya bukan sekedar mereplika alat musik dari relief. Faktor multidimensional hendaknya diselaraskan untuk lebih menghidupkan maha karya budaya bangsa.
Pada relief ada seni tari, cerita, dan kehidupan masa lampau. Andai dapat dihidupkan kembali dengan melibatkan multidisipliner dan pakar, gaung Sound of Borobudur ke depan lebih dapat menampilkan kompleksitas budaya bangsa nan agung. Mewujudkan "Borobudur Pusat Musik Dunia" dengan latar budaya masyarakat sekitar yang juga direplika dari relief.Â