Malam ketiga, semua sudut rumah begitu banyak ular, menyisakan tempat berdiri penulis di ruang tamu yang tidak dipijak ribuan ular.
Dalam mimpi, terlihat pintu utama rumah berlubang cukup besar. Dari balik lubang sangat jelas terlihat ular paling besar, hingga penulis berpikir "Mungkinkah ini raja ular?"
Tanpa berpikir panjang, penulis yang memegang clurit menyabet "Raja Ular". Tetapi, sebelum menyentuh badan raja ular, "Si Raja Ular" mengarahkan moncongnya dan ingin menelan penulis. Sampai di sini, penulis terbangun.
Penulis berusaha mencerna makna mimpi, tetapi tidak ada sesuatu keganjilan, hingga pada sore hari tiba-tiba Pak Sumandi datang bertamu.
Pak Sumandi adalah ulu-ulu persawahan belakang rumah penulis. Bertamu hanya untuk satu tujuan, memberikan "Keris Nogo Kikik" ke penulis.
Menurut Pak Sumandi yang sudah sepuh, penulis mampu menjaga pamor keris ini, meskipun Pak Sumandi sendiri punya anak laki-laki. Dua pesan singkat Pak Sumandi,"Rawat dan jangan dijual!".
Penulis terima pemberian Pak Sumandi setelah dikaitkan dengan mimpi ular tiga malam berturut-turut. Hanya untuk sekedar koleksi dan tidak ada maksud lain.
Terkait dengan hubungan gentayangannya "makhluk kolor ijo", tetangga sekitar penulis sudah ada yang menjadi korban. Alhamdulillah rumah penulis aman.
Apakah munculnya makhluk kolor ijo yang tidak mengganggu rumah penulis karena keris nogo kikik? Entahlah...
Dari berbagai sumber dan beberapa teman paranormal memang pamor nogo kikik untuk penjagaan dan derajat. Pegangan para senopati kerajaan.
"Untuk menghindari syirik, saat selesai salat, penulis segera sujud dan berdo'a, Ya Allah...keagungan, kemuliaan, perlindungan dan takdir hanyalah milik-Mu, Tuhan Yang Maha Sempurna"