Seorang anak menyusuri jalan berkerikil. Membawa kering air mata. Tumpah di hatinya. Membuntuti galau tanda tanya yang tak lelah berkelana.
Tubuhnya yang mungil, terjebak di angka satu. Mencari permata di tiap lorong. Saat orang-orang menggugat malam. Membalik keadaan.
Di ujung barat, ia berbalik haluan. Kegalauan menghalau. Ada banyak nyiur melambai. Serupa tupai di tengah persawahan.
Nak, kembalilah ke sarang. Permata telah memainkan ayunan di awang-awang.
Probolinggo, 25 Februari 2021
Puisi Oleh: Arif R. Saleh
Puisi Lainnya: Hegemoni, Kematian, Perjalanan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI