Puisi membatu. Bebatuan yang selalu ditampar amanat. Padahal, akal-akal hanya lewat. Angin-anginpun lewat. Di sana, kau masih taklimat.
Puisi, di bebatuan kepanasan. Lantang bersuara. Angkat senjata. Angkat segala. Sedang kau, meletakkan mata.
Puisi membatu, didorong ke depan. Memberi yang diminta. Mengibarkan bendera. Menyuarakan merdeka. kau, menutup telinga.
Puisi di bebatuan mulai dingin, tengadah. Masih menangkap kukila senja. Membawa tetes akhir cinta. Menimba lautan air mata. kau, malah tertawa.
Puisi lenyai, membelai bebatuan tanpa koma. Bunga dan tanda cinta, luka-luka. Ada binasa di sana. Dan kau, mencampakkannya.
Probolinggo, 03 Februari 2021
Puisi Oleh: Arif R. Saleh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H