Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Matimu dalam Puisi

3 Februari 2021   13:14 Diperbarui: 3 Februari 2021   13:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi membatu. Bebatuan yang selalu ditampar amanat. Padahal, akal-akal hanya lewat. Angin-anginpun lewat. Di sana, kau masih taklimat.

Puisi, di bebatuan kepanasan. Lantang bersuara. Angkat senjata. Angkat segala. Sedang kau, meletakkan mata.

Puisi membatu, didorong ke depan. Memberi yang diminta. Mengibarkan bendera. Menyuarakan merdeka. kau, menutup telinga.

Puisi di bebatuan mulai dingin, tengadah. Masih menangkap kukila senja. Membawa tetes akhir cinta. Menimba lautan air mata. kau, malah tertawa.

Puisi lenyai, membelai bebatuan tanpa koma. Bunga dan tanda cinta, luka-luka. Ada binasa di sana. Dan kau, mencampakkannya.

Probolinggo, 03 Februari 2021

Puisi Oleh: Arif R. Saleh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun