Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[RTC] Harapan di Tengah Bencana

31 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanya yang tiba-tiba mereka ungkapkan “Akankah kau menemaniku hingga di liang kubur?”. Tidak kita sadari sebagai ungkapan “Pamit Terakhir”.

Saudaraku, saat ini kita tak luput dari bencana. Tiap hari, dukacita melambung dan selalu membawa kabar. Saudara yang kita cintai, sahabat yang kita rindukan, teman yang kita kenal, dan bahkan tetangga dekat telah berpulang. Menemui Sang Pencipta. Kita, pasti menyusulnya. Entah kapan.

Saudaraku. Saat virus korona merenggut paksa napas manusia. Sapa mesra “I Love You” dari suamimu, dari istrimu, juga dari orang-orang yang kau cintai, tak lagi terdengar di tiap hembusan napasmu. Tanya yang tiba-tiba mereka ungkapkan “Akankah kau menemaniku hingga di liang kubur?” tidak kita sadari sebagai ungkapan “Pamit Terakhir”.

***

Saudaraku. Saat banjir bandang menyapu bersih tanah kelahiran. Harta benda hancur lebur tak tersisa. Hanya pakaian melekat di badan yang ada. Tidur tak nyenyak. Siang kepanasan, malam kedinginan. Makan dan minum begitu susah kau dapatkan.

Saudaraku. Begitupun tanah longsor yang tiba-tiba menimbun perkampungan. Mengubur hidup-hidup makhluk bernyawa. Kita hanya mampu memandang kepedihan. Di antara gundukan-gundukan tanah, mereka tak mampu lagi bersuara. Sepi dan senyap yang ada.

Saudaraku. Betapa gempa meruntuhkan bangunan yang ada. Orang-orang terluka. Orang-orang melepas nyawa. Tak mampu berbuat apa-apa. Hanya pertolongan dari sesama, mampu mengurangi penderitaan yang ada.

Saudaraku. Kembali media mewartakan duka dan luka. Pesawat udara tiba-tiba jatuh. Kapal penumpang tenggelam. Tabrakan maut alat transportasi darat banyak menimbulkan korban. Kembali menyisakan duka dan derita. Kita hanya mampu menitikkan air mata. Menitipkan do’a lewat media.

***

Saudaraku. Kelahiran, jodoh, dan kematian adalah rahasia dan kehendak Sang Pengcipta. Tetapi, betapa pandemi kali ini begitu dalam mengambil segalanya. Membatasi ruang gerak makhluk bernama manusia.

Saudaraku. Tetap tabah dan melangkah ke depan. Anak-anak butuh kasih sayang. Jadilah orang tua tunggal nan tangguh. Jadilah malaikat penolong di kesendirian mereka. Tegar dan hadirmu adalah jejak tegap langkah anak-anak meraih masa depan. Meraih cita-cita yang mereka impikan, meskipun jalan panjang dan berliku membentang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun