Saat gelap mulai mengusap-usap lembut rambutku
Suara lirihmu, menangisi orang-orang yang meringkuk di trotoar
Dari pagi hingga petang, hanya mengunyah angin, katamu
Aku mencoba membaca tanda-tanda, yang kau lukis di kaca
Ada benang merah, di mataku yang mulai memerah
Memaku prasasti di hati ini, dengan tetes air mata
Kembali, hatiku tak lelah meleleh, lagi dan lagi
Masih bersahabat dengan daun-daun berjatuhan dan senyum pagi surya
Hingga, kuberikan cintaku yang tersisa, sebelum kembali berbunga
Kademangan, 25 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!