Mohon tunggu...
ARHIEF ER. SHALEH
ARHIEF ER. SHALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Sepi dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Senja

23 November 2020   13:06 Diperbarui: 23 November 2020   13:10 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Milada Vigerova. Pixabay.com

Perempuan Senja, kata mereka

Disemat atas nama pembenaran

Dilahirkan takdir di waktu gelap malam


Senja, mempertontonkan sandiwara kehidupan

Bahkan di sudut-sudut kota, topeng-topeng memainkan lirikan

Sinis dan kadang bengis, tanda tanpa kata menyapa kesunyian


Kehidupan malam, bagi perempuan senja, seumpama kawan

Kawan derita, juga kadang bahagia, lebih pada derita hati

Yang terus dipeluknya, walau kematian menghantui


Di hatinya, perempuan senja berbisik,”Aku lebih bahagia dipanggil Bunda”

Di akhiri titik,”Bunda yang selalu dipaksa merayu senja”

Hingga,“Aku bahagia tanpa air mata”


Mengapa?

“Sebab air mata tak pantas kuberikan pada mereka”

Anak-anakku tercinta, di sana  


Probolinggo. 22 November 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun