Kita hidup di dalam sangkar
Kataku, meniupkan angin sihir
Saat kegelapan menghantui
Ubun-ubunku yang mulai rontok
Engkau asyik dengan mainanmu
Tak sedikitpun terpengaruh
Tiupan angin sihirku
Yang mulai terkekeh-kekeh, menertawaiku
Aku beringsut, mundur dan mundur
Menikmati kedudukan yang tak pernah mengeluh
Kutoleh dirimu…
Masih lugu!, tiba-tiba kesimpulan meloncat
Aku diam
Memandangi aksara-aksara di tembok
Aksara-aksara yang aku pahat
Sewaktu kutemukan di kanal-kanal riwayat
Baiklah, sayangku…
Kita hidup di dalam sangkar
Dan akan selalu kutiupkan
Hingga kau, menyimpulkan kemerdekaan dengan benar
Kademangan, 22.10.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!