Dia yang mengiba pada hitam legam kehidupan
Masih setia menunggui takdirnya di pekak jalanan
Memainkan jemari diantara jendela keangkuhan
Dan terik matahari yang mengucurkan lenguh keringat kota
Dia yang setia menemani halte nan kesepian
Diantara deras hujan dan petir yang memekakkan telinga
Masih menunggu kedermawanan yang tak kunjung tiba
Penyumbang dan penyambung nafas kehidupan
Diantara remang lampu harapan
Dia tak henti memutar roda kehidupan
Untuk tetap bergerak ke depan
Merajut impian ke hati "mereka"
Yang masih angkuh
Dan kukuh dengan ke-aku-annya Â
Dia adalah kesendirian
Di saat senja kembali memeluk mayapada
Tanpa suara dan harum bunga
Masih tanpa sesiapa....
Akankah kita juga?
Ujung Akar Bromo, 09122019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H