Masih ingatkah, saat kau merangkak dan merengek
Lututmu ngilu, padahal ibumu tengah mandi
Mandi yang disempatkan, yang baru sempat sesaat kau lelap
Namun sesaat pula kau bangun mencari ibumu
Lalu kau mendarat di suatu pulau, yang telah melukis di kanvas sejarah
Di saat itu gerimis, yang mengabarkan bahwa sebentar lagi
Tanah ini dapat ditanami, dapat pula sungainya basah senyuman
Dan saat kau lihat pematang hijau, engkau melonjak girang
Lalu datang dua orang dari tanah kelahiranmu, menggendongmu
Mereka tak tega melihatmu melonjak girang, sedang perutmu buncit
Tulang belulangmu kerempeng, rambut bahkan tipis kecoklatan
Engkau hanya diam, dan hanya bisa melambai pada ibumu, tanpa tahu makna
Saat pikiranmu sudah mampu menjelajah, kau lepas dari buaian
Berkutat dan bergumul dengan asap dan pekak klakson
Diantara gedung-gedung mentereng, engkau duduk di trotoar
Rambut gimbalmu yang kaku, membelakangi datangnya mobil jemputan
Engkau sudah merasakan ditinggal orang-orang tercinta
Kakek-nenekmu tak lagi memberi kabar, hanya berharap do'a dipanjatkan
Juga ayahmu, yang sempat kau kuburkan di liang lahat sangat kehilangan
Dan kini, aku telah melihatmu, dimasukkan ke liang lahat keabadian
ariefrsaleh
NKRI, 17 11 17
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI