Aku menggenggam langit yang dititipkan dari ratusan tas jinjing
Kubawa ke barat, karena rumahku di timur
Jauhhhhh...., tak mungkinlah kau ukur dengan kakimu
Kataku, dan nyatanya kau tak bertanya, sudahlah biasa
Aku menggenggam langit di waktu subuh meninggalkanku
Ditemani pak tua memainkan ijuk kesayangannya
Menyendok sampah bekas orang buang serampangan
Sedang anak dan menantunya masih mendengkur bersahutan
Mencecap sisa permen yang lengket semalam
Aku menggenggam langit titipan ratusan tas jinjing
Kutaruh di tas punggung, agar tak sobek
Sebab jika sobek, langit dilempar ke tanah terbawa angin
Adanya di sudut-sudut kumuh, diinjak-injak
Jikapun nasibnya mujur, dikais pemulung, digerus mesin waktu
Bisa jadi ia nanti ada di tangan anak TK, bukan lagi di ratusan tas jinjing
ariefrsaleh. Surabaya. 28092017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H