Cedera Tulang, Apa yang Harus Dilakukan
Hidup mengikuti garis nasib. Namanya nasib kadang sulit ditebak. Sekarang senang, bisa jadi nantinya susah. Atau sebaliknya, sekarang susah nantinya senang. Demikian juga waktu kita tertimpa musibah cedera tulang. Tak diharap, nyatanya datang menimpa. Siapapun  orangnya.
Diantara pembaca mungkin pernah mengalami cedera tulang. Yang jelas pastinya tidak disengaja. Bahkan tidak diinginkan. Nyatanya musibah ini kadang menimpa. Pada siapapun juga dan kapanpun dapat terjadi.
Empat tahun lalu, ada teman yang mengalami cedera tulang disebab kecelakaan. Kejadian yang tidak diinginkan. Nyatanya hanya dalam waktu sekejap menimpa. Peristiwanya terjadi pada saat ada urusan dinas. Mengantarkan siswanya mengurus surat rekomendasi untuk melanjutkan studi ke jenjang SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).
Saat berangkat dari kantor kerja, tak ada tanda-tanda akan terjadi musibah. Sesampai di jalan raya yang cukup padat kendaraan, tanpa disangka ada sepeda motor menyalip kencang. Karena tidak ada tanda lampu belok arah kiri. Sepeda motor tetap melaju agak sejajar dengan sepeda motor yang menyalip. Tiba-tiba sepeda motor yang menyalip secara mendadak belok kiri sesampai di pertigaan. Tidak ada celah untuk menghindar. Jarak yang sempit menyebabkan benturan roda tak dapat dihindari. Dua sepeda motor sama-sama terseret sekitar sepuluh meter. Nahas menimpa teman, kaki kanan menghantam aspal dan mengalami cedera.
Orang-orang yang ada di sekitar kejadian segera menolong. Teman terpaksa dibopong ke pinggir jalan. Kakinya tidak dapat digerakkan sama sekali. Sedang yang menikung, tidak mengalami cedera berarti. Demikian juga siswanya yang dibonceng. Sesampai di pinggir jalan, kain celana sebelah kanan disingkap. Nyatanya lutut sebelah kanan telah bergeser dari posisi yang sebenarnya.
Atas saran beberapa teman yang datang menyusul, dibawalah teman yang cedera ke sangkal putung (semacam ahli patah tulang). Oleh si sangkal putung, posisi lutut yang lepas dari mangkuk sendi segera ditangani. Dari pangkal lutut (tulang betis) ditarik lurus lalu ditekuk sejajar dengan tulang paha. Cara ini dilakukan hingga beberapa kali. Yang jelas teman meringis dan mengerang menahan sakit. Sesudah itu, lutut dibebat dengan kain penyangga tulang.
Hingga tiga hari, tidak ada perubahan berarti. Bahkan kaki kanan teman semakin membengkak dan rasa sakitnya tak berkurang. Atas saran saudaranya, segera dibawa ke rumah sakit. Sesampai di ruang ortopedhi, dokter menyarankan segera dilakukan tindakan rontgen. Dari hasil rontgen, diketahui bahwa terjadi pecah tulang di bagian bawah lutut. Bukan patah tetapi terbelah dan retak sepanjang sepuluh centi meter.
Dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi dengan memasang pen (baut). Tindakan ini untuk menyatukan kembali tulang yang terbelah. Sebab tanpa pemasangan pen, tak mungkin tulang yang terbelah dapat menyatu kembali. Akibat jangka panjang, selain rasa sakit dan bengkak yang tidak berkurang, daging dan darah akan menggumpal di sela tulang yang terbelah. Sehingga nantinya akan berpengaruh pada peredaran darah ke organ tubuh lainnya. Yang jelas dapat menimbulkan efek samping pengecilan kaki kanan dan efek samping yang lain.
Untuk menghindari akibat yang lebih parah, teman menyetujui untuk dilakukan tindakan operasi pemasangan pen. Hasilnya, tiga hari setelah pemasangan pen, bengkak dan rasa sakit yang amat sangat berkurang. Bahkan setelah dua bulan perawatan berjalan, teman dapat berjalan normal tanpa alat penyangga (kruck). Setelah satu tahun, lima pen dicabut. Hingga kini aktifitas teman kembali normal.
Berdasarkan pengalaman teman di atas, apabila pembaca, keluarga, ataupun teman ada yang mengalami cedera tulang akibat kecelakaan atau hal lainnya, sebaiknya melakukan tindakan berikut:
- Segera rujuk ke rumah sakit bagian orthopedie. Lakukan rontgen untuk mengetahui secara pasti apakah terjadi retak, terbelah, atau patah pada tulang yang cedera. Jangan sekali-kali dibawa ke sangkal putung. Belum tentu tulang yang cedera dalam kondisi patah. Bisa jadi retak atau terbelah. Pada tulang yang retak atau terbelah, salah penanganan akan lebih memperparah retak dan terbelahnya tulang. Bukan kesembuhan yang akan didapat, melainkan kondisi cedera tulang yang retak atau terbelah dapat lebih parah dan dapat membahayakan organ tubuh lainnya. Â Â
- Ikuti saran dokter. Jangan khawatir atau terbawa pendapat lama, bahwa pemasangan pen dapat lebih memperburuk keadaan. Misalnya takut infeksi dan lain sebagainya. Ingat, teknologi kedokteran (khususnya menyangkut cedera tulang) sudah canggih dan efektif menyembuhkan. Demikian juga tenaga dokter yang ahli tulang tidak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan ada orang tua teman penulis yang mengalami keropos tulang di dua sendi kaki kanan dan kiri. Setelah dilakukan operasi pemasangan pen (sembilan pen di lutut kanan dan lima pen di lutut kiri) dan mengikuti teapi dari dokter, dapat kembali beraktifitas normal tanpa keluhan berarti.
- Ingat faktor usia. Jika anda mengalami cedera tulang di usia empat puluh tahun ke atas, tulang yang cedera rawan lebih parah jika penanganan bukan pada ahlinya. Mengapa? Faktor usia juga mempengaruhi ketepatan dan kecepatan penanganan tulang yang cedera. Jangan lagi ada anggapan tulang yang cedera tidak ada pengaruhnya terhadap kesehatan, semakin usia bertambah, diperlukan penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Dengan kemampuan tenaga dokter ahli dan kemajuan teknologi kedokteran, keraguan seharusnya bukan lagi   alasan untuk tidak segera menangani cedera tulang kepada dokter yang ada.
- Konsultasi ke dokter ahli tulang. Jika masih ada pikiran ragu pada anda yang mengalami cedera tulang. Cobalah buka pikiran, konsultasilah kepada dokter ahli tulang terlebih dahulu. Berdasarkan pengalaman teman, dokter ahli memberikan alternatif penyembuhan cedera tulang secara ilmiah berdasarkan hasil rontgen. Bukan asal tebak dan memaksakan cara dalam menangani cedera tulang yang dialami pasien. Bahkan jika dari pihak pasien masih ada keraguan, dokter memberikan kesempatan untuk berpikir dan juga resiko-resiko apa yang akan terjadi jika salah penanganan terhadap cedera tulang. Â