Meskipun pada awalnya bertujuan untuk mempermudah akses terhadap informasi, penggunaan chatbot ini seringkali disalahgunakan yang tanpa disadari dapat berdampak pada perkembangan kemampuan berpikir kritis mereka.
Hilangnya Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Dampak negatif tersebut dapat terlihat dari kecenderungan mahasiswa untuk mengandalkan chatbot sebagai sumber utama informasi, tanpa melakukan verifikasi atau penelaahan lebih lanjut terhadap kebenaran informasi yang diberikan chatbot.Â
Hal ini menyebabkan mereka kehilangan kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis.Â
Sebagai contoh, dalam menjawab pertanyaan dosen atau dalam menyusun presentasi, mahasiswa cenderung lebih memilih untuk langsung menggunakan chatbot daripada melakukan riset yang lebih mendalam melalui artikel-artikel jurnal atau sumber-sumber lain yang lebih kredibel.Â
Bahkan untuk hal yang lebih sederhana, seperti menjawab pertanyaan teman ketika presentasi, mereka menggunakan ChatGPT untuk menjawabnya.Â
Selain mengindikasikan mereka tidak memahami materi yang dibawakan, ini juga pertanda mental instan dalam berpikir.Â
Terlebih, mahasiswa seperti itu cenderung tidak melakukan cross check terhadap informasi yang diberikan oleh chatbot.Â
Hal ini dapat mengakibatkan penyebaran informasi yang salah dan pada akhirnya dapat merugikan proses pembelajaran dan pengembangan pengetahuan mahasiswa.Â
Sebab chatbot sendiri terkadang tidak menyertakan sumber informasi yang benar. Ini dikarenakan chatbot berbasis AI masih memiliki keterbatasan data atau algoritma, atau jika mereka tidak dilatih atau diperbarui dengan benar (Nalini, C. dkk, 2021).
Sehingga dapat dikatakan, mahasiswa cenderung telah kehilangan kemampuan untuk memahami informasi yang mereka cari. Sebab mereka lebih fokus pada kemudahan dan kecepatan dalam mendapatkan informasi daripada pemahaman yang mendalam.Â
Menurunnya kemampuan dalam berpikir kritis ini juga berdampak pada kemampuan mereka dalam berliterasi sosial.