"Minggiiiiiir, ini kereta khusus wanita!", bentak seorang bapak kepada seorang mas-mas yang nekat masuk ke dalam gerbong paling ujung, Sabtu (11/9) lalu. Sambil menerobos paksa menuju pintu kereta yang disesaki penumpang, sang bapak ini tampak sangat kerepotan menggendong anaknya yang masih balita. Wajahnya tampak emosi dan tak mampu menyembunyikan amarahnya. Sejenak, situasi menegang namun segera diramaikan oleh riuhnya komentar dari para penumpang KA. "Yaaaa, lo juga laki-laki, ngapain naik kesini??? hehehehe....Ah, ngaca dong, lo laki atau bukan? Kok malah lo yang marah?.....Huuuuuu".
Sambung-menyambung komentar pedas dari para penumpang pun berlanjut ketika pintu KA kembali ditutup. Enggak jelas apa yang mereka ucapkan, namun jelas-jelas wajah si mas-mas memerah dan mulutnya sibuk komat-kamit sendiri. Mungkin, dia sedang mempertaruhkan harga diri dan rasa malunya di depan banyak orang.
Pada perhentian di stasiun berikutnya, dua calon penumpang (lagi-lagi, laki-laki) masuk ke dalam gerbong ini. Mereka dengan dengan tenangnya memasuki gerbong ini, padahal di dalamnya sudah dipenuhi penumpang wanita. Saat sikap mereka ditegur oleh salah seorang ibu, salah seorang dari kedua lelaki ini menjawab,"Kan, peraturan dibuat untuk dilanggar....Lagian, ibu sibuk amat, kan sekarang tidak ada petugasnya,".
Salah seorang dari mereka yang berbadan cukup kekar malah membusungkan dada sembari melipat tangan.
Entah apa maksudnya, yang jelas, saya sendiri jengah melihat sikap para penumpang seperti ini. Tidak tahu malu dan justru memanfaatkan situasi KA karena sedang tidak ada petugas. Pemandangan yang terjadi di dalam Kereta Khusus Wanita : Depok-Kota pada saat libur lebaran, khususnya pada hari ke-2 lebaran, sungguh memprihatinkan. Mereka pun bebas masuk pada gerbong manapun. Apakah tidak cukup adanya stiker kecil "Kereta Khusus Wanita" yang menyadarkan mereka bahwa gerbong ujung depan dan belakang khusus untuk penumpang wanita? Ataukah, stiker ini cukup mini sehingga susah sekali dibaca oleh para calon penumpang?
Ya, ternyata, adanya Kereta Khusus Wanita ini belum sepenuhnya menjawab keresahan yang terjadi selama ini. Awalnya, gerbong ini disediakan bagi mereka, penumpang wanita dan anak-anak. Namun, yang terjadi, para penumpang belum sepenuhnya memaksimalkan gerbong ini dan saling menyalahkan karena stiker yang tidak kelihatan, tidak ada petugas, dll. Sampai kapan masyarakat kita mengerti benar akan fungsi fasilitas umum yang sudah tersedia? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H