[caption caption="il. google.com"][/caption]sebut saja dia tambu-tambuÂ
kerjanya di-petak limaÂ
nadinya ada pada tujuhbelas denyutan, siang malamÂ
hidup matinya hanya pada dua pengakuan satu ketetapanÂ
dia tambu-tambuÂ
hembusan nafasnya senada seirama tujuh penjuru mata angin
derap langkahnya bersama bayangbayangnya, senantiasa
sebagaimana air yang mengalir pada akal budi
dialah tambu-tambu
tak mudah datang, tak mudah pergi
baginya, datang dan pergi adalah perkara perjanjian pada sangmaha
sebab, hatinya adalah ketetapan yang mensemesta
duhai tambu-tambu yang mengisi ruang dan waktu
pada bumi, pada langit, pada semesta
namamu tercatat dikebeningan hati
yang damai, yang tenang
pada cahaya maha cahaya
bergetar tempatku berpijak
kerana, di-setiap lima waktu dia senantiasa memanggil-manggil jiwa yang diam
sebab dia adalah tambu-tambu
sumur serambi sentul, 25/01/2016
©2016-arrie boediman la ede
-------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H