[caption caption="ilustrasi - huffingtonpost.com"][/caption]pada tepi hayat
ada nyanyi-nyanyi
ada auman-auman
di antara gumaman-gumaman
irama, birama, birasa sesekali terdengar
mengerang-erang dalam geliat birahi yang terpaksa
hingga menikam-nikam ulu hati
melampaui estetika bunyi
pada puisi panggung
semakin luruh, luluh, tersesat di ruang akal
di antara peluh-peluh yang tak pernah mengering
di antara keluh-keluh batin yang terpenjara
pun, puisi kamar
semakin membeku di ruang yang terkunci
memutilasi rasa, berdesis-desis
menodai keluhuran aksara dan budi pekerti
sementara, pada mimbar-mimbar kesusastraan
asap dupa-dupa semakin pekat membungkus stupa-stupa tua
di antara dengungan mantra-mantra yang tak pernah usai
kerana, hanya tinggal itu yang tersisa
â– sumur serambi sentul, 26/02/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H