Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Negeri 1001 Bencana 1001 Rencana

23 Januari 2014   00:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kawan, inilah kisah sebuah negeri
negeri yang banyak bicara sedikit bekerja
negeri yang bertahtakan kaca benggala
negeri yang tiang-tiang istananya terbuat dari gading-gading

begitulah kisah ini kuawali, kawan
agar kau paham bahwa negeri itu memang ada
yang bukan sekadar pembanding kisah negeri 1001 malam
yang bukan pula kubermaksud menggiring khayalmu tentang kisah sebuah negeri di atas awan

kawan, yakinlah bahwa ini adalah kisah yang sesungguhnya
bukan sekadar kisah main-main hanya untuk memuaskan syahwatku, fantasiku
bagi penikmat kisah-kisah di awang-uwung di antara hingar bingarnya sumpah palsu, janji palsu
bagi kaum-kaum penunggu senja dipersimpangan jalan yang tak ada lampu merahnya

tahukah engkau duhai kawanku?
bahwa negeri yang kumaksudkan itu adalah negeri yang diperhamba oleh 1001 bencana
bahwa negeri itu juga adalah negeri penyembah berhala 1001 patung-patung rencana
kuharap, kau tak sampai terkaget-kaget hanya kerana mendengar perkataan sumirku ini

kawan, tahu pulakah engkau
bahwa negeri yang kumaksudkan tersebut adalah negeri yang paling berisik di muka bumi ini
negeri yang paling banyak berteori tentang hingar bingarnya takaran kebaikan dan keburukan
negeri yang nyaris tak bisa membedakan antara tindakan konstitusinal dan inkonstitusinal

kawan, semestinya kau sudah banyak tahu
bahwa di negeri itu perlakuan penegakan hukum tidak jauh beda dengan perlakuan terhadap pasien rumah sakit jiwa
bahwa katanya di negeri itu hukum adalah panglima tapi kenyataannya hukum tidak lebih dari sekadar barang obralan pedagang kaki lima
kuharap, sakit ayanan kau tidak kumat ketika mengetahui kenyataan pahit ini

kawan, sebetulnya tak ingin kukisahkan hal ihwal negeri itu
negeri yang sejatinya sangatlah kukasihi, kucintai, setumpah darah pada nadi-nadi, pada bumi manusia
tapi, aku mesti bilang apa ketika di negeri itu rasa kemanusiaan diperjualbelikan pada pasar-pasar gelap di antara panji-panji partai-partai
mestikah kubutatulikan mata hati yang tersayat-sayat oleh kepongahan tokoh-tokoh politik, agama, dan budaya yang bersenggama dalam kebudayaan sektarianisme?

aduh kawanku,
tak bisa kubayangkan seperti apa keberlanjutan sebuah negeri yang dilingkari oleh cincin bencana
aku pun tak habis pikir ketika bencana-bencana yang memilukan itu ternyata telah menjadi blue print bagi rencana-rencana atas nama proyek kemanusiaan
sementara duka lara korban-korban bencana menjadi ajang perlombaan eksploitasi secara sistemik, mengerikan!

oh, iya, kawanku
sebagai penutup kisahku tentang negeri itu, kusampaikan kepadamu;
bahwa di negeri itu akan terjadi bencana yang maha dahsyat melebihi kedahsyatan bencana yang pernah ada
yakni, ketika rakyat di negeri tersebut salah memilih wakilnya di dewan dan salah memilih presidennya, pemimpinnya

serambi sentul, 23/01/2014
©2014-arrie boediman la ede
—————————————–--------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun