pada jalan ini semakin lengang, terasa
sesekali menengok kebelakang, sunyi
ada jejak maya membayang, melayang-layang
diri, semakin rindu untuk pulang
diri melenguh tanpa keluh
pada paruh waktu yang tersisa
peluh menetes pelan, jatuh satu, satu, tak jua di-seka
sementara rindu semakin bertalu-talu, berdentam-dentam
duhai, sang esa!
beginikah rasa rindu itu?
tidakkah ada kerinduan yang luar biasa selain dari rasa ini?
berada di manakah rindu semakna kata yang sering terucap?
pada jalan yang bukan setitian rambut dibelah tujuh
ada tapak-tapak merekam jejak masa, bercerita
di-jiwa, di-raga, hingga tertampar-tampar, lebam
malu kepada hati, sang suci
siapakah diri ini?
ketika, diri membunuh waktu
waktu membebat luka perjalanan
perjalanan yang tercatat, sia-sia, pada diri, dalam sendiri
duhai, sunyi, rindu, cinta!
pada padang-padang perhambaan, pada rindu-rindu penyerahan diri
sesungguhnya diri yang hina ini tak berhak bertanya tentang sebuah perjalanan
pun, tak berhak menolak kesendirian, walau sunyi, sepi, sendiri, diam
serambi sentul, 08/01/2014
©arrie boediman la ede-2014
--------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H