Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gonggongan, Saksi-saksi, Partai-partai

27 Januari 2014   10:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

gug-gug!
gug, gug, gug, belegug!
saling gonggong, menggonggong
gonggong songong, gonggong sange

gong-gong,
membahana, gong, gong!
geng-geng,
melenceng, geng, geng!

gong, gila gong
geng, golek geng
gong ditabuh
geng bersetubuh

gug-gug!
para gug-gug bercanda
rame-rame bergaya ala blekok
pada pesta-pesta transaksi setengah kamar

semakin menggila, semakin sangar
di antara onggokan tulang belulang
semakin rakus, semakin lapar
di antara tumpukan ulat-ulat pemakan daging

gonggong genggong di mulut, ditiup-tiup
bibir-bibir bergincu, dimonyongkan
mulut-mulut menganga, berdecap-decap
lidah-lidah tak bertulang, gugat menggugat, menyulur-nyulur, menjulur-julur

gug! gug!
saling sikut, saling sikat
gong! gong!
saling cakar, saling makan

lupa keluarga
lupa etika
lupa moral
kerana agama hanya sekadar stempel kesaksian di ka te pe semata;

serambi sentul, 27/01/2014
©2014-arrie boediman la ede
---------------------------------------

catatan,
ketika negara memanjakan partai-partai di antara luka derita rakyat yang semakin menganga, ketika negara menganggap perlu mencuci uang rakyat atas nama honor saksi-saksi di tps-tps;
sedang berada dimanakah politik etis Indonesia?
jawabnya sederhana saja, "sedang berada pada simpul-simpul dan puting-puting transaksi dagang sapi di pasar ikan!"

hm, sekali waktu (mungkin) kita mesti belajar menggonggong dan melolong lebih keras lagi
agar jika diperlukan kita bisa saling menggonggong, saling makan memakan
sebagaimana partai-partai yang mengatasnamakan saksi-saksi, atas nama rakyat, atas nama demokrasi

bah!
-------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun