seperti matahari
yang memanggang siang ini
darahku serasa mendidih
sebagaimana dapur magma
di gunung-gunung berapi
yang sedang menggelegak
matahari yang cuma sejengkal di atas kepala
semakin melelehkan rasa
yang tak boleh mati bagi urusan kemanusiaan
kerana, kekejaman itu
begitu nyata terjadi di depan mata
begitu perih untuk diceritakan
duhai, pejuang kata-kata
kuyakin nuranimu telah mati
sebab kau biarkan kerusakan itu terjadi
akupun harus bertanya kepadamu
untuk apa suaramu, kata-katamu
jika kau hambur percuma?
duhai, kau yang diam seribu bahasa
bahwa diammu begitu sulit dimaafkan
kau bicara sekalipun
takakan pernah berarti apa-apa
seperti sekumpulan debu
yang terbawa bersama angin gurun
buat kau, aku memanggilmu: tuan!
segeralah turun gunung
kawal kata-kata terbaik dengan baik
agar sampai ketujuannya, cita-citanya
telah kusiapkan amunisi kata-kata
yang terpatri sejak lahir: maha cahaya di titik nol
sumurserambisentul, 15 oktober 2020
arrie boediman la ede
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H