Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Avant Garde di Titik Nol

25 September 2020   20:22 Diperbarui: 25 September 2020   22:18 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"ini sajak suka-suka, sajak yang berada di antara analogi-analogi dan jurus perbambungan; jurus yang berisi pesan yang memabukkan"

kawan, mari kita bertemu
aku sedang menantimu di ruang persegi lima
ruang yang akan mempersatukan ruang hayati
di antara ayat-ayat penyembuh
bagi tubuhmu, tubuh kita
tubuh yang mempersatukan kedustaan dan cinta
cinta yang bisa menghanyutkan gunung
yang merata tanahkan bangunan keangkuhan
: tanpa basa-basi

tabik, tengoklah kearah kananmu
jika berkenan bukalah tabir penutup wajahmu, sejenak
agar bisa kulihat senyum manismu sebebas-bebasnya
senyuman yang merontokkan kuman-kuman di hati
yang melekat dan menggantung di jiwa raga para penyair
yang menggunakan syair-syairnya
untuk melumpuhkan hati siapa saja yang di-incar-nya
atau telah ditetapkannya dalam catatan batinnya
seperti yang biasa dilakukan oleh mereka yang sedang rindu;

seperti yang sudah kujanjikan
inilah sajak yang kutulis kemarin malam
di atas sebuah jembatan hati yang memelihara keangkuhan-keangkuhan
sebagaimana perilaku pemalak di lorong sepi
yang tak pernah bosan menjajakan cinta
cinta yang semakin melepuh
cinta yang sesungguhnya telah kehilangan nada
yang hanya bisa di beli di lapak-lapak cinta
oleh kaum penganut kebebasan, kaum bohemian;

maaf, jangan tanya siapa aku
aku bukan Chairil Anwar dengan binatang jalangnya; bukan pula WS Rendra dengan sajak pamfletnya; atau Widji Thukul dengan sajak-sajak perlawanannya; atau Umbu Landu Paranggi dengan rahasia cintanya di kuda merahnya;
 
: siapalah aku di dunia susastra; dunia yang bisa menjungkirbalikkan kebencian jadi cinta; dunia yang bisa melukis langit dengan kekuatan kata; dunia yang bisa membuat kebohongan jadi kebenaran; dunia yang bisa membuat kedamaian jadi peperangan;

: ya siapalah aku di dunia susastra ini; duniaku yang hanya sebatas intuisiku, dunia pembatas kebebasan ekspresiku sebagaimana kubermusik; begitu pula imajinasiku saat kubersajak memainkan dan mengurai mozaik-mozaik pembebasan sajakku ala avant garde di titik nol.

sumurserambisentul, 25 september 2020
arrie boediman la ede
---------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun