Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Sarasvati di Prambanan

30 Agustus 2020   07:22 Diperbarui: 18 Januari 2021   00:15 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kapan kita memulai?
kapan kita mengakhiri?
......
selalu saja ingin kuceritakan kisah yang pernah kita lakoni
kisah apa saja
tentang bunga di taman hati, bebatuan di kali progo, dan gemuruh gunung merapi yang menggoda hasrat kita
hingga sekali waktu kita membebaskan diri men-cair dalam satu warna dan bentuk

kita selalu ambil peran kita masing-masing
sesekali kita jadi wayang
sesekali kita jadi dalang
bahkan pernah sekali waktu pada penghujung hari, kita menjadi tetabuhan yang bertalu-talu
tak sungkan kita saling bersendawa
tak lelah ketika akhirnya kita mesti bercanda dengan rama-rama

kitapun pernah berkisah dalam khayalan
seumpama engkau roro jonggrang dan aku bandung bandawasa
tentulah tak perlu menunggu seribu patung untuk mewujudkan rasa kita
dalam sebuah tali asih di antara stupa-stupa candi prambanan

ya, selalu saja ada keinginan menuliskan kisah kita
kisah yang tak ada tanda titik dan komanya
kisah yang sejatinya menembus langit ketujuh
kisah yang pernah meluluhlantakkan persendian di siang malam kita

beribu-ribu kisah telah tercatat pada hati kita
bahwa kitapun telah lupa kapan memulai dan tak tahu kapan kisah kita berakhir
setidaknya derai-derai angin bisa berkirim kabar sekadar bercerita tentang hijau, putih dan jingganya semangat hidup yang pernah ada di antara kita

jika akhirnya perjalanan kisah kita berakhir
berharap rindu tak ikut pupus lalu pergi bersama angin
itupun kerana kulihat ada cahaya yang masih berpendar di-kedalam-an jiwamu
walaupun memang kisah kita telah engkau selesaikan sejak tiga windu yang lalu
berakhir sunyi, mungkin perih

sesungguhnya kuragukan caramu mengakhiri kisah kita
tapi, apapun adanya engkau lebih suka memilih jalan ke barat
jalan yang menurutmu paling aman

dari jauhan aku hanya bisa bergumam, "sesungguhnya bulan yang pernah kita petik itu telah lama berdiri gamang di lorong yang nyaris tak berujung"

sumurserambisentul, 30 agustus 2020
arrie boediman la ede

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun