Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukalah Maskermu Indonesia

18 Agustus 2020   00:53 Diperbarui: 18 Agustus 2020   01:29 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Indonesia,
Malam ini aku menyapamu
Walau cuma sekadar bertanya kabar tentangmu
Sebagaimana kabar yang sering kudengar; bahwa, engkau sedang gelisah
Bahwa engkau sedang mencari bentuk dan rupa
Bahwa engkau sedang mencari kebenaran sejati pada awang-uwung
Bahwa engkau sedang menambal tambalan-tambalan pada sebuah bendera kusam

Indonesia,
Seumpama diri ini Gatotkaca
Seumpama diri ini Sang Ratu Adil, Sang Erucokro
Akan kuninabobokan dirimu dipangkuan cakrawalaku
Akan kunyanyikan tembang Dhandhang Gula pada akal dan budi pekertimu
Akan kumainkan tarian Pakkarena di panggung kemerdekaanmu
Akan kusisipkan badik, rencong, kujang, keris dan sebilah pedang  pada dada kemulyaanmu

Wahai jiwa-jiwa yang mengangkasa
Wahai jiwa-jiwa yang membumi

Bahwa 75 tahun bukanlah waktu yang singkat menjaga marwah ini
Bahwa Proklamasi di 17 Agustus 1945 bukanlah sekadar barisan kata-kata absurd dari bibir Sang Proklamator
Bahwa sejatinya kemerdekaan itu untuk segenap anak bangsa
Tapi, tahukah engkau duhai Indonesia?
Bahwa dikekinian kemerdekaan itu hanya sebatas kata-kata bagi kaum jelata
Bahwa kemerdekaan itu berbanding lurus dengan pewarisan hutang dan janji-janji

O Indonesia,
Seumpama rasa keadilan yang ada di kepala ini adalah hulu pedang
dan tulang belulang di kaki ini adalah mata pedang
dan jiwa raga yang rapuh adalah warangkanya
Sungguh, tak akan pernah kubiarkan seujung kukupun penegakkan hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah bercokol di tanahmu
Sebab, telah kuyakinkan kepada diriku bahwa aku adalah Indonesia sejati
Indonesia yang memerah di darahku, memutih di tulangku yang siap menjagamu di sepanjang siang, sepanjang malam

Indonesia!
Indonesia!

Tanahmu, airmu, adalah warisan para raja-raja dan kesultanan nusantara
Warisan para pejuang tanpa tanding dalam merebut kemerdekaan yang mahal ini
Jangan pernah biarkan tanah warisan ini jatuh ke tangan sang tuan-tuan dari negeri antah berantah
Jangan pernah biarkan pewarismu menjadi tamu di tanah leluhurnya
Jangan pernah biarkan pewarismu saling sikat, sikut, sekat terhadap sesamanya
Jangan pernah pula engkau membiarkan pewarismu menggunakan media sosial sebagai panggung penyebaran fitnah keji, berita bohong dan cercaan-cercaan

O Indonesia,
Sedih hati ini, pilu hati ini
Melihat perahu bangsa ini terlihat semakin retak dari anjungan hingga keburitannya
Melihat layar Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa semakin bolong-bolong di sana-sini
Melihat ke-bhinneka-an telah menjadi jurang pemisah yang sangat curam, dalam, gelap
Jika, malam ini aku masih berdiri tegak di sini dengan lutut yang bergetar
Itu kerana jiwa ragaku telah bertekad menjaga merah putih agar tetap berkibar di dadaku hingga akhir hayatku

Indonesia,
Dipenghujung malam keramat ini; kembali ingin kusapa dan berkata kepada dirimu
: "Bukalah (sejenak) Maskermu Indonesia!"
Agar bisa kulihat kembali senyum kebapakanmu yang ramah dan menyejukkan hati
Agar bisa kudengar lagi nasehat-nasehat bijakmu tentang tata atur menjaga Indonesia dengan cara yang baik dan benar;
.
.
Serambi Sentul, Indonesia, 17 Agustus 2020
Arrie Boediman La Ede

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun