: malam-malam,
ingin kubuka kembali catatan yang telah berdebu ini
sayangnya ingatan tentang kau yang pernah menyalipku ditikungan ketika aku harus berbelok ke arah kanan memaksaku menghentikan niatanku
dan yang paling kuingat
aku melayang, jatuh, jungkir balik dalam irama amarahmu yang kering
di catatanku, kau tak menyia-nyiakan kesempatan menyelinap dipersimpangan
lalu, kau diam-diam menungguku, dan menyergapku ketika kulengah
: dini hari,
pada catatan berdebu itu telah ada noda darah yang mengering
sepertinya aku mesti memulai bercerita dari awal lagi tentang bagaimana cara kau berasal mula ketika kau mencucup dan mencucup darah pada nadi di tubuh yang ringkih itu
mungkin saja kau rindu, mungkin pula kau benci; tak tahulah
padahal bergantang-gantang darah yang selalu kau simpan pada kantong kehidupanmu tak pernah sekalipun membuatmu terlihat kenyang
: di-sesiang berikutnya,
kulihat kau menggelepar di geladak syahwatmu;
kau kehabisan darah, mungkin
tapi, menurutku tidak
sebab sampai saat ini kau masih saja terus berusaha mencengkeram nadi-nadi itu
nadi-nadi yang tak berdaya
nadi-nadi yang semestinya tak mati muda
suatu malam di serambi sentul, 14/03/2017
©arrie boediman la ede-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H