ini sajak kampung sebelah
sajak yang terbelah-belah
bak sehelai rambut yang dibelah tujuh
pada mata hati yang tak hati-hati
kaum perempuan, kaum lelaki
ini sajak kelu, melenguh
sajak yang berpeluh
di tampung pada loyang-loyang
membentuk bayang-bayang
kaum yang melayang-melayang, kaum tanpa sabda
ini sajak tak bermakna apa-apa
sajak yang tak seharusnya di baca
tidak sebagaimana tata krama membaca susastra
buah pikir pujangga antah berantah
kaum yang dibangga-banggakan, kaum tanpa kitab suci
akhirnya, sajak ini berakhir sampai di sini
kerana, tak ingin tersesat dipersimpangan kata-kata
sesegera mungkin pergi bersama angin
meninggalkan jejak kata hati yang tak pernah terucap
bagi kaum da bi da bi du, kaum yang menepuk dada
â– sumur serambi sentul, 28/09/2016 â–
■©2016-arrie boediman la ede â–
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H