Mohon tunggu...
Arrie Boediman La Ede
Arrie Boediman La Ede Mohon Tunggu... Arsitek - : wisdom is earth

| pesyair sontoloyo di titik nol |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sajak Mati Rasa, Luka, dan Pledoi Rasa

16 Januari 2016   10:17 Diperbarui: 16 Januari 2016   10:54 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ill - dpchallenge.com"][/caption](i) mati rasa

mati rasa
rasa yang mati
mematikan rasa
rasa yang mematikan

rasa mati
rasa semakin mati
rasa mencoba hidup
serasa hidup, serasa mati

(ii) luka

sebagaimana perasaan itu sendiri
ketika luka
akan terasa lukanya
mungkin sesaat
mungkin tak pernah terlupa atau tak terasa apa-apa

luka, suka
tidak luka, tidak suka, tidak suka luka
di antaranya tiada berjarak, tiada berantara
tipis,
setipis kulit yang membalut daging

(iii) pledoi rasa

bagaimana mungkin menuntut bahagia
jika ternyata kebahagiaan itu tak lebih dari sekadar simbol
simbol pada patung-patung bernyawa

bertanya pada jejak
bukankah bahagia itu diciptakan dengan rasa?
seumpama tanpa rasa, bisakah bahagia tercipta?

tak ingin berkata apa-apa
palu telah kau ketokkan pada dinding yang rapuh
ia kini semakin retak, tak lama lagi runtuh

sumur serambi sentul, 16/01/2016
©2016-arrie boediman la ede

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun