Akhir-akhir ini Indonesia dipenuhi dengan berita-berita seputar PSSI yang nampaknya hingga sekarang belum juga berakhir. Pemberitaan baik di media cetak maupun media televisi menyorot PSSI yang dipimpin oleh Nurdin Halid. Lebih dari itu, media mempublikasikan hal-hal terkait dengan pencalonan ketua umum PSSI baru, teguran FIFA dan tuduhan Nurdin terhadap Menpora yang memicu demontrasi dan lain sebagainya.
Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI sejak 2003 nampaknya bersikeras ingin mempertahankan kekuasaannya. Ia dianggap bermain curang dalam usaha pencalonan dirinya menjadi ketua umum PSSI baru sehingga ia kembali lolos seleksi. Jika demikian, tak berlebihan jika apa yang dilakukan Nurdin tersebut untuk mempertahankan kekuasaannya disebut sebagai upaya untuk mempertahankan sampai mati. Ini jelas tidak adil. Kepemimpinan terpusat dan hanya dari satu orang yang sama sejak 2003 silam hingga saat ini menunjukkan betapa dangkalnya variasi keunggulan kepimpinan. Ini membuat masyarakat tidak tahu menahu soal keunggulan orang lain yang mungkin saja tidak dimiliki Nurdin Halid untuk dapat membawa nama PSSI.
Sudah banyak protes dilayangkan terkait dengan kepemimpinan Nurdin yang sangat mengecewakan. Hal ini terlepas dari statusnya yang dulunya pernah terlibat beberapa kasus korupsi. Ini lebih pada bagaimana ia memimpin PSSI hingga saat ini namun sama sekali tidak membuahkan hasil dan prestasi yang memukau bagi tim persepakbolaan Indonesia. Pertanyaan yang akan muncul adalah apa saja yang dilakukan Nurdin selama masa jabatannya? Kenapa tim sepak bola Indonesia begitu kekurangan prestasi? Lalu, apa lagi yang diharapkan Nurdin setelah kegagalannya membawa nama PSSI? Mengenai kontroversi keterlibatannya dulu dengan beberapa kasus mungkin lebih dapat dilihat sebagai bumbu pada atau senjata tambahan untuk menyorot Nurdin.
Di lain sisi, kontroversi dan isu-isu seputar PSSI menjadi menarik untuk disimak karena masyarakat tentu saja berkeinginan untuk mencapai revolusi kepemimpinan demi perubahan masa depan PSSI. Masyarakat Indonesia menjadi satu karena sepak bola dan hal ini benar tak dapat disangkal. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar pelik yang belum berakhir ini cepat mendapatkan jalan keluar agar persepakbolaan Indonesia lebih dapat berbenah untuk mencapai prestasi gemilang yang didambakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H