Sore itu di padang rumput saat angin sedang semilir dan terik mulai bersahaja, kau memberiku cerita indah tentang hari esok dan sinar mentari.
Lalu kau duduk disampingku, tukang gembala dengan satu domba yang tak bernama.
Kau baca kata demi kata dengan menunjuk untaian huruf yang tintanya terlihat pudar namun tercetak tebal.
Lembut suara dan senyum itu membawaku pada imajinasi mimpi untuk bersama memberi nama pada domba kecil yang kini semakin terlihat dewasa.
Dan tiba tiba keheningan ini membawaku terjaga diatas pangkuan wanita yang masih tersenyum tanpa suara.
Kulihat cerita itu masih terbuka diatas kedua tangannya, bersama pena yang terlihat biasa.
Dibawah pena itu ada selembar halaman yang terlihat kosong dan tidak berjudul.
Dengan tersenyum, dia memintaku menuliskan kata "MIMPI" pada baris paling atas di halaman kosong itu.
Tapi sayang, aku hanya tertidur dengan mata terpejam tanpa bisa belajar dan mengenali tiap huruf dalam cerita itu.
Perlahan dan sedih, dia membimbing jemari ini untuk memegang pena dan menuliskan satu kata "SELESAI"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H