Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kematian Mahasiswa STIP, Kekerasan Jangan Diwariskan

5 Mei 2024   12:03 Diperbarui: 5 Mei 2024   12:24 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medcom.id/MI/Immanuel Antonius 

Kasus kekerasan berujung kematian di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing Jakarta kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah Putu Satria Ananta Rustika. Remaja asal Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali itu meninggal dunia usai diduga dianiaya seniornya. Adapun pelaku bernama Tegar Rafi Sanjaya. Pelaku merupakan senior korban dengan jenjang tingkat 2. 

Menurut laporan hingga keterangan polisi, peristiwa ini terjadi pada Jumat (2/5/2024) kemarin. Saat itu korban bersama teman lainnya naik ke lantai tiga untuk memanggil rekannya yang tertinggal kegiatan olahraga. Ketika hendak turun (ke bawah), korban bertemu dengan pelaku Tegar. Pelaku kemudian bertanya pada Putu, kenapa menggunakan pakaian olahraga.

Selanjutnya, rentetan penganiayaan pun terjadi. Pelaku memerintahkan korban dan teman-temannya untuk baris sejajar. Kemudian pelaku mulai melakukan pemukulan terhadap juniornya, termasuk Putu. 

Saat pelaku mendaratkan hantamannya ke bagian perut dan ulu hati korban sebanyak lima kali, Putu tumbang. Alumni SMA Negeri 2 Semarapura itu kemudian roboh sambil meringkuk kesakitan. Pelaku kemudian sempat berusaha menolong korban. Namun usaha itu gagal. Korban kemudian meninggal dunia karena luka pukul di ulu hatinya.

Atas kematian ini, banyak warga yang mengutuk tindakan keji pelaku. Mereka mendesak pelaku agar dijatuhi hukuman yang setimpal. Bukan cuma hukuman pemecatan dari STIP saja, tapi juga hukuman penjara. Terkait kasus ini, sebenarnya aksi serupa bukan kali pertama terjadi. 

Dilansir dari Liputan6.com, setidaknya kasus penganiayaan bermodus plonco ini sudah empat kali terjadi sejak 2008 hingga 2017. Pada tahun 2017, seorang mahasiswa STIP angkatan 2016 bernama Amirullah Adityas tewas pada 10 Januari 2017. Dugaannya sama, yakni dianiaya senior.

Kemudian kasus lain juga menimpa taruna STIP Daniel Roberto Tampubolon. Daniel meninggal dunia pada 6 April 2015. Lalu kasus dugaan penganiayaan terhadap Dimas Dikita Handoko pada tahun 2015. Dimas meninggal dunia usai diduga dianiaya seniornya bersama enam rekan seangkatan. 

Terakhir pada tahun 2008, mahasiswa bernama Agung Bastian juga meninggal dunia karena diduga dianiaya senior. Kasusnya terungkap setelah tiga hari korban dimakamkan. 

Melihat rentetan kasus penganiayaan yang begitu panjang di STIP Jakarta tersebut, banyak yang berpandangan bahwa ada sesuatu yang salah dalam proses pendidikan para Taruna ini.

Indikasinya, para Taruna yang melakukan kekerasan sebelumnya sempat menjadi korban yang sama. Sehingga, ketika dirinya menjadi senior, ia pun melakukan perbuatan serupa, seperti apa yang pernah ia alami sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun