Ia bekerja sebagai buruh panggul di pasar tradisional yang ada di tengah kota.
Hari-hari Mad Dola diisi dengan berbagai kesibukan, terutama berurusan dengan sejumlah preman.
Maklum saja, tiap kali truk milik perusahaannya datang, segerombolan preman ini datang menagih iuran.
Alasannya sebagai uang keamanan.
Padahal, tak pun ada preman, situasi aman-aman saja, karena tak jauh dari tempat kerja Mad Dola ada kantor polisi.
"Mana uang setoran? Kalian bongkar muat kok enggak ada melapor," umpat segerombolan preman sembari memegang buku catatan.
Karena malas ribut, Mad Dola yang punya nama lengkap Muhammad Rahmad memanggil tuannya.
"Nyah, ini ada ketua-ketua datang," teriak Mad Dola pada majikannya yang berada di lantai dua.
Mendengar seruan tersebut, majikannya yang merupakan wanita keturunan Tionghoa tergopoh-gopoh turun dari lantai dua ruko.