Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinasti Keluarga Centeng

1 Mei 2024   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:28 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mad Dola panggilannya. 

Ia bekerja sebagai buruh panggul di pasar tradisional yang ada di tengah kota. 

Hari-hari Mad Dola diisi dengan berbagai kesibukan, terutama berurusan dengan sejumlah preman

Maklum saja, tiap kali truk milik perusahaannya datang, segerombolan preman ini datang menagih iuran.

Alasannya sebagai uang keamanan. 

Padahal, tak pun ada preman, situasi aman-aman saja, karena tak jauh dari tempat kerja Mad Dola ada kantor polisi.

"Mana uang setoran? Kalian bongkar muat kok enggak ada melapor," umpat segerombolan preman sembari memegang buku catatan.

Karena malas ribut, Mad Dola yang punya nama lengkap Muhammad Rahmad memanggil tuannya.

"Nyah, ini ada ketua-ketua datang," teriak Mad Dola pada majikannya yang berada di lantai dua. 

Mendengar seruan tersebut, majikannya yang merupakan wanita keturunan Tionghoa tergopoh-gopoh turun dari lantai dua ruko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun