Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 - Tiga Puluh Satu s/d Tiga Puluh Tiga

10 Oktober 2013   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga Puluh Satu

~ Eksploitasi Bocah ~

Tombol kendali sudah dalam genggaman Tarya. Kapan saatnya dibutuhkan, tinggal tekan saja. Tarya kian berapi-api melanjutkan misinya yang sempat tertunda. Mendiang ayah Tarya salah satu sesepuh Benjang cukup dikenal di wilayah itu. Semasa hidupnya, ayah Tarya dikenal juga sebagai seorang yang punya kelebihan, sering dimintai pertolongan warga. Tapi perumpamaan buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tak berlaku pada Tarya. Dia tak mengikuti jejak sang ayah, atau ikut membesarkan salah satu group kesenian Benjang di daerah itu.

Keuntungan menjadi motivasi terhebat, menjadi dorongan untuk melakukan kelicikan sekalipun. Tarya yang sempat terobsesi cerita ibunya tentang kehebatan sang ayah, merubah dandanan bergaya seorang paranormal. Tak tanggung, dia memproklamirkan diri sebagai seorang yang bisa mengobati berbagai macam penyakit dan bisa membantu orang-orang memecahkan permasalahan hidup.

Latar belakang keluarga membuat orang-orang cukup teryakinkan dengan kemampuan Tarya. Orang-orang menganggap Tarya mendapatkan warisan ilmu turun temurun. Padahal sesungguhnya dia tak bisa apa-apa dalam urusan pengobatan atau apapun yang berhubungan dengan supernatural. Dia hanya jago sandiwara, dan pandai mengeksploitasi seseorang yang kompeten untuk menunjang profesinya, tentu saja seseorang itu adalah Koma.

Tak begitu kesulitan meyakinkan orang-orang yang tahu bahwa Tarya keturunan tokoh terpandang di wilayah itu. Satu dua orang mulai berdatangan untuk berobat. Seolah ada yang membantu kelancaran aksinya, pasien-pasien yang datang merasa puas. Lambat laun, semakin banyak orang menjadi pasiennya mendapatkan kesembuhan.

Cepat sekali nama Tarya menyebar ke seantero Ujung Berung. Dia bisa sejajar dan bahkan kepopulerannya mengalahkan Abah Jumadi, paranormal senior di wilayah itu. Menginjak minggu kedua sejak buka praktek, Tarya mendadak kebanjiran calon pasien. Dari pagi hingga malam calon pasien tak henti berdatangan. Beberapa di antaranya rela menunggu giliran dengan sabar. Semakin banyak pasien, sudah tentu Tarya meraup banyak keuntungan.

Gudang belakang disulap menjadi ruang praktek dengan satu petak tempat ukuran dua kali dua setengah meter sebagai tempat khalwat Tarya, khusus urusan pengobatan. Tempat itu diselimuti tirai hijau menjuntai hingga lantai. Tak seorangpun diperbolehkan menginjakkan kaki ke tempat itu, termasuk istri dan mertuanya. Hanya Tarya dan Koma yang punya otoritas penuh memasuki area itu.

Sebetulnya Tarya tidak mengobati langsung, dia hanya memberikan petunjuk-petunjuk mengenai jenis penyakit, obat dan cara penyembuhannya. Tentu saja petunjuk itu dia dapatkan dari Koma. Dia memanfaatkan -atau lebih tepatnya mengeksploitasi, keajaiban pendengaran Koma yang dapat mengetahui jenis penyakit dan bagaimana obat serta cara penyembuhan, hanya dengan mendengarkan suara pasiennya.

Dengan dalih kepentingan keluarga, terutama peningkatan ekonomi keluarga, Tarya mendapatkan keleluasaan dari Bi Tati, apalagi dari istrinya. Sedangkan Asih, tak dapat berbuat banyak untuk mencegah. Asih pikir, yang terpenting Koma tidak tertekan dan tak berdampak buruk bagi kesehatannya.

Tak banyak yang dilakukan Tarya saat menghadapi pasiennya. Dia hanya meminta pasiennya menjulurkan tangan seolah akan didiagnosa melalui denyut nadi. Selanjutnya, berakting memejamkan mata seakan sang paranormal gadungan itu sedang menerawang. Terakhir, dia masuk ke tempat khusus yang diselubungi tirai itu, katanya akan bermeditasi sebentar untuk mencari petunjuk obat. Tentu saja di dalamnya sudah ada Koma. Cerdiknya, Tarya selalu mampu membuat Koma betah di tempat itu, tempat yang menjadi ruang eksploitasi bagi bocah itu, dan ruang solusi bagi pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun