Mohon tunggu...
Humaniora

Gerobak Sukses Tempe Mendoan Pa' De Udin

29 Desember 2016   14:37 Diperbarui: 29 Desember 2016   14:57 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore hari ketika saya sedang jalan-jalan mencari cemilan dikawasan pedagang kaki lima, ada satu pedagang yang terlihat ramai. Rasa penasaranpun tiba, saya menghampiri keramaian tersebut. Ternyata jajanan tempe yang digoreng setengah matang biasa di sebut “Tempe Mendoan” makanan khas Purwokerto. Kemudian saya tertarik untuk membelinya juga. Dan sayapun memesannya. Disaat sibapak penjual sedang menggoreng tempe tersebut saya membuka obrolan dengan beliau dan sibapak sangat ramah. Ia menceritakan pengalaman dari awal saat membuka usaha tempe mendoan ini. Setelahnya saya terbesit untuk membuat artikel tentang bapak penjual tempe mendoan.

Nama aslinya Nuridin, ia kerab disapa dengan Pa’de Udin. Seorang paruh baya yang menjual tempe mendoan di wilayah pedagang kaki lima daerah Tangerang. Ia kelahiran tahun 1965 di Kota Tegal. Namun, masa kecil hingga dewasa ia habiskan di kota Jakarta tepatnya di wilayah Senen, Jakarta Pusat. Pa’de Udin pun kembali ke Kota Tegal dan menikah dengan istrinya ibu Rohani yang berasal dari Brebes. Pa’de Udin dikaruniai 5 orang anak, 1 orang perempuan dan 4 orang laki-laki.

Perjalanannya berawal ketika ia mulai menjalanin kehidupan dengan keluarga barunya di Kota Tegal dengan penghasilan yang tidak tetap hasil dari kerja serabutan. Ia memutarkan otaknya bagaimana bisa Ia menghidupi keluarganya dengan hasil yang cukup untuk keluarganya. Akhirnya pada tahun 2008 Ia pun terbesit untuk pergi merantau ke Tangerang ikut dengan keponakannya. Di Tangerang pun ia masih belum mendapatkan ide akan usaha apa. Waktu terus berajalan akhirnya Ia mencoba berjualan Ayam bakar didepan rumah.

Seminggu berlalu jualan tersebut tidak berjalan dengan mulus alias kegagalan kecil yang Ia dapatkan. Pa’de Udin pun tidak putus semangat ia terus mencoba beberapa usah kecil seperti jualan mainan. Namun, karena Ia tidak memiliki basic untuk memasarkannya, jualan itupun terhenti. Untuk menenangkan hati, Ia pun kembali ke Kota Tegal dengan hasil yang tidak seberapa, untuk ongkos pulang pun pas-pasan demi untuk menjenguk keluarga yang Ia tinggalkan di Tegal.

Hari akan terus berganti dan waktu akan tetap berjalan keponakannnya yang sangat perduli terhadap Pa’de Udin terus menanyai kabar dan mengajak untuk Pa’de Udin dan keluarga merantau ke Tangerang. Tanpa peduli bagaimana disana nanti ia selalu berfikir positif, Pa’de Udin pun akhirnya membawa keluarganya untuk tinggal di Tangerang. Tiada henti untuk mencoba usaha kembali. Beberapa usaha sudah dicobanya, namun seperti diawal tidak semulus yang diharapkannya. Ia sempat termenung sejenak dan berfikir bahwa tiada makhluk yang dapat menolong kita selain Allah SWT.

Ya. Benar saja pertolongan pun menghampiri Pa’de Udin melalui perantara dari beberapa orang. Salah satunya adalah keponakan Pa’de Udin yang memberi saran kepada beliau untuk ikut dengan temannya yang berjualan tempe mendoan. Setahun telah berlalu Pa’de Udin bekerja sebagai karyawan. Tiba rasa jenuh ikut bekerja sebagai karyawan orang lain, akhirnya Ia memutuskan untuk memisahkan diri dan membuka usaha tempe mendoan sendiri. Dengan penuh harapan agar usahanya maju dan berbeda dengan pedagang lain, maka ia berusaha untuk menciptakan cita rasa sendiri agar memiliki khas dengan tempe mendoan yang ia jual.

Pada tahun 2011 Pa’de Udin memulai usahanya, dengan bermodalkan satu buah gerobak yang ia buat sendiri, lalu  gerobak itu ia beri tulisan “Tempe Mendoan Pa’de Udin”. Kata Pa’de Udin yang ia tambahkan sesudah tulisan Tempe Mendoan agar memudahkan orang mengingatnya. Tempe Mendoan ini dijual seharga Rp 2.500/pcs sangat murmer(murah meriah) untuk cemilan disore hari. Ia biasa membukanya pada pukul 4 sore - sehabisnya. Beberapa bulan berjalan lumayan lancar dan selalu habis. Ia pun membuat gerobak lagi untuk dibeberapa tempat, yang dikelola oleh orang yang sangat Ia percaya. Namun, berjalannya waktu, ada beberapa tempat yang tidak berjalan dengan mulus alias terhenti ditengah jalan dikarenakan orang yang ia percaya tidak memliki basis sebagai pedagang. Ia pun tidak patah semangat dan apapun resikonya ia sudah siap untuk menghadapinya.

Akhirnya usaha “Mendoan Tempe Pa’de Udin” ini terus bejalan hingga saat ini tepat sudah 5 tahun Ia berjualan dan sudah memiliki 13 cabang. Antara lain ada didaerah Cikupa, Tangerang Elok, Jatiuwung, Sepatan, Kotabumi Tangerang, Bugel. Berkat ketekunan, keuletan serta dukungan dari keluarga yang dapat menjadikan usaha ini berjalan sesuai harapan Pa'de Udin. 

Nah! Belajar dari pengalaman Pa’de Udin ini beliau yang sangat kerja keras dan bertanggung jawab akan statusnya yang menjadi kepala rumah tangga. Apapun resiko atau badai yang menerjanganya akan tetap memperkokoh semangatnya dan keyakinannya bahwa “tiada makhluk yang dapat menolong kita selain Tuhan Yang Maha Esa”. Satu lagi yang saya belajar dari Pa’de Udin ini ialah “usaha keras tak akan mengkhianati”. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menjadikan motivasi untuk selalu bekerja keras mencapai tujuan yang diinginkan.

Ditulis oleh : Arrasyita Khairunnisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun