nomor urut 104
I
Kelebat bayang di balik tirai
Setiap kali fajar
menyingsingkan pesonanya
Lembut suara
Membuka paksa kelopak mata
Menghitung butiran dosa
Saat kantukku masih mendera
Duhai Bunda
Langkahku rapuh
Dipapah rintih doamu
Aku tertawa-tawa
saat
kau terlunta
Memungut ampun
Akan salah dan lupa
Yang kutebar sejauh usia
Dan lagi
Tak ada nilai yang bisa kubayar
Untuk membalas pengorbananmu
Tiada juga sajak yang mampu
Mengabadikan jerihmu
Karena rupa aksara
Tlah lenyap dari sini
Dari nuraniku ini
Duhai Bunda
Kelebat bayangmu di balik tirai
Mengusap kening
saat mata enggan membuka
Saat diseru-Nya
Pada suatu masa
saat aku didekap durhaka
Bagaimana aku lupa?
Sementara wajahmu
Hanya bisa kukenang
Lewat bingkai kaca
II