Bantenku, Mari Berkabung Sejenak
Hujan yang mengguyur sebagian daerah Banten dua hari kemarin seolah melengkapi kesedihan dan rasa terkejut warga Pandeglang dan sekitarnya. Kemarin pagi, tanggal 28 Desember 2014, tersiar dua berita. Satu, mengenai kecelakaan maut Bus Asli Prima di Labuan, Pandeglang. Bus tersebut tengah ditinggalkan sang sopir dalam kondisi kosong dengan mesin hidup di dalam area terminal, mendadak dinaiki seorang remaja berusia 16 tahun dan dikemudikan ke luar area terminal. Pemuda berusia 16 tahun yang bernama Sumantri itu diduga mengalami gangguan jiwa. Mobil Bus yang dikemudikan sembarangan itu akhirnya menabrak beberapa pejalan kaki, pengendara sepeda motor, penjual es krim keliling, serta sebuah angkot. Dikabarkan, ada empat orang yang tewas dalam kecelakaan ini. Sementara 5 orang lainnya luka-luka.
Bisa baca beritanya di sini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=779188135452264&id=172714892766261&refid=17
Sumber: 93,7 Krakatau Radio
Berita mengejutkan lainnya terjadi di daerah Cisantri, Pandeglang, terjadi kecelakaan maut lainnya yang menimpa anak sekolahan. Kronologinya bagaimana saya juga tidak begitu paham karena saya hanya mendapat kabar sekilas dari kawan saya lewat SMS, yang kebetulan melintas daerah itu kemarin pagi.
Innalillahi...
Pandeglang tampaknya tengah murung, meski hari ini cuaca cukup cerah. Tampaknya warga Pandeglang dan sekitarnya memang sedang diajak untuk merenung. Di tengah hiruk pikuk aktivitas warga lainnya, duka kian mendalam terutama bagi keluarga korban yang pasti tak menyangka tragedi itu akan terjadi pagi-pagi sekali.
Malang ya malang. Ketika orang lain semangat menyambut tahun baru dengan segudang rencana, keluarga korban berduka untuk ketiadaan salah satu anggota keluarga mereka untuk selama-lamanya. Juga mereka yang akan meratapi hari dengan sisa-sisa luka di tubuhnya.
Satu hal, seperti kata pepatah, malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Saya pun rupanya tak luput mengalami hal buruk hari kemarin. Dengan mood yang rasanya sejak pagi sudah dibolak-balik paksa antara senang sedih dan capek yang terus berganti-ganti. Pertama, lantaran perbaikan jalan antarprovinsi (katanya) yaitu jalan Raya Saketi-Malingping yang sampai saat ini belum juga tuntas dan entah kapan berujud baik proyek pengecoran jalannya. Mobil besar banyak yang amblas, jalanan berlubang, berkubang, longsor, retak, adalah pemandangan ajaib yang harus kami nikmati hampir setiap bepergian. Jika ditanya salah siapa? Tentu kami tak berhak menyalahkan siapa-siapa, tho? Meski sebenarnya kami merasa dianaktirikan. Mengapa? Karena jalan raya lain yaitu Jalan Raya Pandeglang-Labuan nyatanya tak semengerikan dan berisiko seperti jalan antarprovinsi kami. Entah salahnya di mana. Mungkin kami harus mengkroscek tentang kontur tanah, atau keberadaan aliran air tanah di bawah jalan raya itu, atau memang bahan baku pembuatan jalan itu yang bermasalah, atau.... ah entahlah... entah.... entah apa...
Entah sampai kapan proyek perbaikan jalan itu akan terus berulang untuk jalan raya antarprovinsi kami. Jalan raya Saketi-Malingping. #justenjoytheshow meski tentunya tak bisa seenjoy itu. Alhasil hari kemarin, perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh tak lebih dari dua jam dari rumah menuju tempat tujuan kegiatan, berubah menjadi dua jam lebih lama.
Opini warga dan berita tahun ini tentang kerusakan dan perbaikan jalan Saketi-Malingping:
http://www.radarbanten.com/read/berita/10/23606/Jalan-Saketi-Malingping-Diportal.html