Mohon tunggu...
Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Manajemen

Sekedar Tulisan Untuk Dibaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bukan Sekedar Belajar Biasa

10 Mei 2020   07:25 Diperbarui: 10 Mei 2020   11:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal dengan Pancasila dan Kewarganegaraan. Keduanya memiliki keterkaitan hubungan dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Namun demi memperjelas, saya akan memberi sedikit penjelasan tentang kedua hal tersebut. Yang pertama adalah Pancasila, Pancasila merupakan dasar ideologi Negara Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta (bahasa Brahmana India) yaitu Panca yang memiliki arti lima dan Sila atau Syila yang berarti prinsip atau dasar, dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pancasila adalah lima prinsip yang menjadi ideologi Negara Indonesia. Nah, sebagai warga negara yang baik, tentunya kita harus mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya yakni Kewarganegaraan , Menurut para ahli Kewarganegaraan berarti keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (negara) yang dengannya akan membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Dari kedua penjelasan tentang Pancasila dan Kewarganegaraan tadi tentunya kalian sudah mendapat sedikit gambaran tentang hubungan diantara keduanya.

Setelah mendapat gambaran tersebut, kali ini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya dalam mempelajari kedua hal tersebut di perguruan tinggi yakni matakuliah Pancasila di semester 1 dan matakuliah Kewarganegaraan di semester 2 dengan dosen pengajar yang sama.

Pada saat itu, diawal mulai aktifnya jadwal kuliah para mahasiswa berlalu lalang melewati jalanan disekitar kampus, diantara mereka ada yang berjalan kaki bersama teman-temannya, yang lain menaiki motornya masing-masing berboncengan dengan kawan kos dan juga ada diantara mereka berboncengan dengan pujaan hatinya, para mahasiswa jomblo tentunya merasa iri dengan kemesraan mereka, dan tentunya saya juga termasuk golongan-golongan yang iri tersebut. Hehe…..

Di pagi itu saya dan beberapa teman saya berjalan kaki menuju ruang kelas matakuliah Pancasila. Ya, dikarenakan kami merupakan mahasiswa baru dengan berjuta kepolosan dan belum mengetahui tempat-tempat yang ada, kami sempat dibingungkan dalam menemukan ruang kelas matakuliah Pancasila. Setelah sepersekian waktu berkeliling mencari akhirnya kami menemukan kelasnya. Suasana disaat kami memasuki kelas terbilang masih sepi. Kami pun  memutuskan untuk duduk saling bersebelahan dan memulai beberapa perbincangan ringan sembari menunggu dosen pengajar datang. Teman-teman lain mulai berdatangan dan jelas di mata mereka menggambarkan niat belajar yang berapi-api. Tak lama kemudian, tiba-tiba datang lah sesosok orang berkemeja rapi dan bercelana hitam memasuki ruangan yang membuat kami sekelas terdiam sejenak. Kemudian orang tersebut mulai memperkenalkan diri sebagai asisten dosen yang sedang mewakili kehadiran dosen pengajar kami. Kami pun langsung mempercayai penjelasan yang diterangkan oleh orang yang mengaku asisten dosen tersebut tanpa sedikitpun perasaan curiga diantara kami. Asisten dosen itu memperkenalkan dirinya dengan nama Hadi. Ya, jika dilihat dari penampilannya, orang itu seperti lulusan sarjana 1-2 tahun lalu yang sedang mengabdi di kampus. Cak hadi kami menyebutnya, mulai menjelaskan perihal ketidak hadiran dosen kami, dan menyuruh kami memperkenalkan diri masing-masing beserta menyuruh kami menyertakan ciri khas yang ada dalam diri masing-masing. Hal itu menurut saya pribadi bertutujuan agar kami sekelas dapat saling mengenal satu dengan yang lain dengan mengetahui ciri khas yang ada pada masing- masing teman dikelas.

Setelah bercerita dan saling memperkenalkan diri, salah satu dari kami baru menyadari bahwa beliau yang mengaku sebagai asisten dosen merupakan dosen pengajar matakuliah Pancasila yang tertulis dalam Sistem Informasi Akademi (SIAKAD) bernama EDI PURWANTO, M.Si yang sedang mengerjai para mahasiswa baru. Kemudian teman saya yang mengetahui hal tersebut meyakinkan teman-teman yang lain dengan menunjukkan foto profil Whatsapp milik Pak Edi dan mencocokkannya dengan sosok Cak Hadi, tentu saja kami terkejut sembari menahan tawa setelah mengetahui bahwa kami telah diperdayai sejak awal pertemuan. Kemudian salah seorang diantara kami memberanikan diri untuk mempertanyakan hal tersebut kepada Cak Hadi. Pada awalnya Cak Hadi belum mau mengakui bahwa ia adalah dosen matakuliah Pancasila kami, namun setelah kami menunjukkan sebuah bukti, beliau pun tak bisa mengelak lagi dan sontak tawa seisi ruang kelas pecah. Prank yang yang di lakukan oleh beliau telah gagal di kelas kami. Beliau pun juga ikut tertawa akibat prank yang dilakukan dikelas kami gagal. Dan beliau pun menyuruh kami untuk tidak membocorkan perihal prank ini ke kelas lain, karena identitas asli beliau di kelas lain masih belum terbongkar. Emang unik dosen yang satu ini, Diawal perkuliahan kami diberi kesan pertemuan penuh dengan canda tawa dan tentunya yang tak bisa kami lupakan.

Setelah kejadian tersebut, pertemuan-pertemuan perkuliahan kami diisi dengan diskusi seperti halnya matakuliah lain. Tetapi yang membuatnya berbeda dengan dosen lain adalah diskusi kami berkesan santai namun serius, diiringi dengan guyonan-guyonan yang mengundang gelak tawa seisi kelas. Kami pun diajarkan bagaimana cara menjadi seorang mahasiswa kritis yang berlandaskan iman dan  taqwa. Emang keren dosen ku yang satu ini….

Kamipun juga diajarkan oleh beliau bagaimana cara menjadi pribadi yang melek sosial, peduli terhadap orang yang tertindas dan menjadi pribadi yang mandiri dalam hidup dengan membagikan berbagai pengalaman beliau yang memang terbilang bagi kami sangatlah banyak dan beragam.

Diakhir perkuliahan semester 1, pertemuan matakuliah Pancasila digantikan dengan acara perpisahan dengan beliau dikelas, namun sayang saya tidak bisa mengikuti perpisahan tersebut karena ada acara keluarga di kampung. Tetapi yang saya tahu, acara perpisahan tersebut diisi dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh teman saya, dan memberikan snack kepada beliau dengan sebuah tempelan berbagai ucapan di bungkusya. Acara tersebut berjalan semsestinya. Ya, begitulah keseruan dan kegokilan  yang telah beliau bagikan kepada kami selama semester 1 saat itu.

Berlanjut ke semester 2……

Di awal semester 2, salah satu matakuliah yang saya ambil adalah Kewarganegaraan. Dan ya.., saya memilih dosen pengajar EDI Purwanto, M.Si, Sebagai dosen matakuliah Kewarganegaraan. Tentunya kalian tau alasan mengapa saya memilih Pak Edi lagi.

Di semester 2 ini, beliau  memberikan kebebasan penuh dalam mengisi kegiatan kelas. Kebebasan yang saya maksud adalah bebas dalam menentukan diskusi yang ingin kami bahas, yang ingin kami kupas, dan yang ingin kami ketahui secara tuntas. Tak hanya itu, beliau juga memberikan opsi untuk membuat film yang temanya tak jauh dari pembahasan matakuliah Kewarganegaraan. Diskusi-diskusi yang kami lakukan di kelas sangatlah menarik seputar problematika yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Beliau memberi banyak pemahaman dalam menanggapi sebuah problematika dimasyarakat, hal-hal yang perlu kami lakukan agar dapat memecahkan problematika tersebut pun beliau jelaskan kepada kami dengan gaya bahasa yang sangat mudah kami cerna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun