Mohon tunggu...
arqamwantu
arqamwantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kegemaran saya membaca dan mendalami tentang kajian-kajian keislaman dan politik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Peran Kader IMM dalam Partisipasi Politik

28 November 2024   12:33 Diperbarui: 28 November 2024   13:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto Pribadi 2024

Politik saat ini telah berubah menjadi ajang perebutan kekuasaan tanpa batas, di mana ambisi pribadi dan kepentingan kelompok menjadi segalanya, sementara kepentingan masyarakat terpinggirkan. 

Para aktor politik berlomba-lomba menjatuhkan satu sama lain dengan segala cara, penuh trik licik dan intrik busuk, tanpa memedulikan dampaknya terhadap rakyat. Syafii Maarif mengatakan diantara kawasan manusia yang sering ditandai oleh iklim panas adalah kawasan politik. Sebab nafsu manusia untuk berkuasa atau mempertahankan kekuasaan nyaris tanpa batas (Maarif, 2019).

Politik yang meyimpang kini menimbulkan dampak nyata kepada masyarakat, hal ini bisa kita amati bersama, bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan, para politikus yang culas berusaha mengkerdilkan peran akademisi. 

Sebagaimana Noam Chomsky Kaum intelektual berada dalam posisi untuk mengungkap kebohongan pemerintah, untuk menganalisis tindakan sesuai dengan penyebab dan motifnya, serta niat yang sering kali tersembunyi (Chomsky, 1967). Dalam konteks ini, peran akademisi, termasuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi sangat relevan.

Sebagai organisasi gerakan mahasiswa Islam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menegaskan bahwa seluruh amal IMM didasarkan pada niat lillahi ta'ala dan selalu diabdikan untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu, kader IMM harus mampu menerapkan nilai-nilai etika Al-Qur'an dalam berpolitik serta merealisasikan pesan-pesan langit dengan efektif sebagaimana dijelaskan oleh Buya Syafii.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai bagian dari gerakan keagamaan, intelektual dan sosial, kemudian diejawantahkan oleh IMM ke dalam trilogi dan tri kompetensi gerakan ke-IMMan yang diyakini dan diamini oleh seluruh kader IMM di manapun.

 Implementasi dari segala ide pokok gerakan itu mengharuskan IMM sebagai civil society tidak tinggal diam. Namun, peran tersebut tidak berarti bahwa IMM harus terlibat langsung dalam politik praktis atau memberikan dukungan kepada partai politik tertentu.

Sebaliknya, memberikan solusi konstruktif berbasis keilmuan untuk berbagai permasalahan bangsa. Selain itu, IMM mendorong kader-kadernya untuk berdiaspora, guna berkontribusi pada kemajuan bangsa. Bahwa untuk mewujudkan apa yang sudah menjadi cita-cita gerakan, tidak bisa hanya bertumpu pada satu tokoh, tidak bisa hanya dibebankan pada satu orang. 

Dia harus menjadi keyakinan kolektif seluruh kader dan diupayakan secara bersama-sama dengan berbagai peran yang berbeda di dalamnya. Pertanyaanya yang tersisa adalah dapatkah kader IMM secara konsisten menjaga integritas nilai-nilai keislaman dan keilmuan dalam menjalankan peran strategisnya di tengah dinamika politik yang penuh dengan tantangan moral dan ambisi kekuasaan?

Ini menjadi PR kita semua, khususnya kader IMM yang apabila tidak mampu merealisasikan hal ini kalangan penduduk muslim terbesar di dunia, maka hal ini mencerminkan kegagalan dalam melakukan internalisasi nilai-nilai agamanya. Sebagaimana mengutip dari pernyataan Buya Hamka agama yang seharusnya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan, justru kini menjadi menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan dan legitimasi kepentingan kelompok (Maarif, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun