Mohon tunggu...
Arozisokhi Zebua
Arozisokhi Zebua Mohon Tunggu... Guru - Computer Teacher

IT, Programmer especially in java programming, Freelancer as Writter, E-ticketing in Indonesian and International travel and belonging Jesus Christ.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manusia Pembela Tuhannya Malapetaka Indonesia, USA Pamit....

23 September 2012   01:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sudah mengetahui film Innocence of Moeslim atau disingkat IOM yang membakar perdebatan dikalangan pemuka agama di Indonesia dan beberapa Negara timur tengah. Film IOM  yang disutradarai orang berkebangsaan amerika keturunan Israel tersebut banyak mendapat protes negatif dari berbagai lembaga keagamaan setiap Negara terutama diwilayah asia, lebih tepatnya di timur tengah.


Inonesia sebagai Negara islam terbesar juga ikut bagian dalam memprotes IOM tersebut. Berbagai macam kata kata kutukan terhadap pemerintahan amerika di lontarkan. Demontrasi yang berujung fanatik juga dilontarkan. Hingga keadan lebih memanas dan bahlkan berpotensi tidak bisa dihindari terjadinya kejadian kejadian yang memperburuk suasana aman ditengah tengah masyarakat dunia.

Saya berpendapat, bahwa inti penolakan terhadap film tersebut adalah rasa tidak berterima dari saudara saudara yang muslim atas skenario film IOM yang secara bias menjelekkan Nabi Muhammad S.A.W. Hal itu bisa diterima dan boleh boleh saja terjadi dikalangan masyarakat yang demokratis. Tapi, apa jadinya jika hal ini hanya bertujuan untuk mendapat prestise sebagai pembela Tuhan ? . Apakah manusia layak membela Tuhan ? . Atau semua kegiatan demonstrasi tersebut hanya bertujuan membela agama saja ?. Bagi beberapa golongan mungkin hal tersebut hal yang lumrah. Tapi melihat stabilitas nasional tentu hal tersebut sangat berpotensi menggaganggu kestabilan Negara Indonesia.

Malapetaka menindas Indonesia. Bukan saja Indonesia di cap Negara teroris tapi lebih jauh akibat protes demi protes filmj IOM tersebut mengurangi rasa percaya diri Negara lain terhadapa Indonesia.Ada kata kuno yang mengatakan “ Lebih baik mempunyai 1000 teman daripada memiliki 1 musuh”. Dengan berkurangnya rasa percaya dari negar Negara tersebut maka jelas Indonesia rugi. Dedikasi Indonesia yang selama ini masih banyak yang diakui secara global, sama sekali tidak berarti.

Salah satunya Negara yang sudah angkat kaki di Indonesia adalah Amerika Serikat atau USA. Hal ini terjadi akibat rasa tidak percaya terhadap jaminan keamanan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia bagi pemerintah Amerika Serikat yang ada di Indonesia. Sadar atau tidak sadar hal ini berpotensi sangat buruk bagi di Indonesia. Kedepan hubungan Indonesia dan USA bisa berpotensi sangat buruk dan lebih buruk dari yang kita bayangkan, walaupun kita tidak mengharapkan hal tersebut terjadi.

Suara Indonesia, bagaimana nasib mahasiswa dan tenaga spesialis Indonesia yang sedang belajar di USA ?. Beasiswa mereka, peralatan teknologi di Indonesia yang dipasok dari USA apakah akan berkembang dan bisa bermanfaat dengan baik, jika tenaga teknis USA tidak mau bekerja sama. Dan masih banyak lagi hal yang bisa memperburuk tatanan kehidupan Indonesia.

Sudah saatnya Indonesia berpikir positif. Semua orang bebas berkreasi dalam hal dan bentuk apapun. Protes Boleh saja dilakukan, tapi protes dengan bijaksana,. Kekersan bukan solusi tapi masalah. Semoga Indonesia dan USA tetap bersahabat. Indonesia maju dalam semua bidang, IPTEK, Sosial  dan semua bagian kehidupan. Jangan biarkan Indonesia hidup dalam kekersan yang memukau setiap saat. Jangan sampai Indonesia tinggal sejarah dimasa yang akan datang. Salam Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun