Mohon tunggu...
Aros Puj Djoangkoe
Aros Puj Djoangkoe Mohon Tunggu... -

salamjabathati duh para sederek! semoga tinta juang kita kan tetap abadi bersama derasnya arus semanagt kita... amiiin\r\nma'allohi kana mutmanan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Penyair Belum Mandi, Oleh: Aros Puj Djoangkoe

24 Agustus 2011   01:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hey, aku memanggilmu!

Siapa gerangan mendiam entah?

Oh yang dulu menuntunku

Siapa bisikan wahyu itu?

Yang mutlak karibnya jasmani rohani,

pikir dan hati...

Apa Tuhan

Apa perempuan

Apa alam

Apa angan

Apaapa...

Lihat ini!

Anakmu baring gelimpangan

Jasadnya digulung gelintingan

Diperas-peras...

Jeritnya melebihi aduh

melebihi sakit ruas-ruas!

Hey, lekas datanglah!

Aku memerintahmu

Kembali mengiringiku

Oooh setan ciptaanku sudah besar

Gelitik membakar sampai ujung otot,

tulang pucuk sendi

dihantar syaraf bus seluruh tubuh

Ganasnya melebihi panas nasss!!!

Ditusuk-tusuk, kejet-kejet

Ngangklung pada desah terakhir

Muara titik calon mati

Muainya sukma melebihi apa…?!

Wersjdfbufjn2345hsbbjsndkldwiuw8hwndkcnkc, x,xdc.,,lfckofveu9e9whq2mnsksalfhisdsaijhdfksoewkfc,.,,……

Hah... Pasrah...

;Tolong datanglah aku sakau

Berikan penawarnya....

Atau di mana bolpenku?

Muntilan, 13 April 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun