Mohon tunggu...
Inovasi

Ujung Pelangi

22 Februari 2018   17:22 Diperbarui: 22 Februari 2018   17:25 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Novel Laskar Pelangi  yang kental akan rasa pertemanan, persaudaraan dan kekeluargaan ini, mengambil tema pendidikan di antara sekumpulan sahabat. Jika dilihat lebih dalam, novel Laskar Pelangi ini terasa unik karena tema pendidikan di daerah Belitong yang sangat sederhana ini juga diselingi dengan cerita persahabatan diantara para anggota laskar pelangi. 

Novel ini bukan hanya bertemakan pendidikan novel ini juga sangat kental dengan persahabatan antara sepuluh laskar pelangi; Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun. Hal ini didukung dari cerita keseluruhan novel yang berkisar diantara mereka bersepuluh. Secara tidak disadari, novel ini menyinggung keadaan desa-desa seperti Belitong di tanah Indonesia dari sudut pandang ekonomi. 

Tidak sedikit pula permasalahan ekonomi menjadi cerita di dalam novel ini. Keadaan ini dapat dilihat dari kutipan novel "Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen ingin kawin, bisa rubuh berantakan." (halaman 21).

Jika dilihat secara keseluruhan, alur novel Laskar Pelangiini memiliki alur yang maju dari cerita masa kecil hingga mereka sudah dewasa di akhir novel.  Tetapi sering juga sang penulis meloncat di beberapa bab untuk menceritakan masa-masa di smp nanti, jadi bisa disimpulkan novel ini beralurkan campuran.

Mulai di pengenalan cerita, dimulai ketika pembukaan penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang sangat sederhana di salah satu kampung di pulau Belitong Timur, Sumatera Selatan. "Ayahku  duduk disampingku, memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orangtua dan anak-anaknya yang duduk berderet-deret di bangku pangjang lain di depan kami. 

Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD." (halaman 10). SD Muhammadiyah ini terletak sebuah wilayah belitong yang kaya akan sumber daya alam dan miskin akan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Banyak konflik yang terjadi di novel ini, salah satu konflik pertamanya ialah disaat penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah. Batas minimun yang diberikan dari Depdikbud Sumsel untuk SD Muhammadiyah tahun ini adalah 10 murid baru, jika tidak mencukupi target yang diberikan, SD ini terpaksa harus ditutup. 

Situasi disini mulai tegang ketika jumlah murid yang mendaftar ternyata tidak mencukupi batas minimun itu, "Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting setelah Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup.".

Konflik mencapai puncaknya ketika penantian akan murid kesepuluh yang tak kunjung datang ini sudah sampai siang. Sampai saat itu, yang baru mendaftar baru saja 9 orang, jumlah itu tentu saja tidak mencukupi persyaratannya. Hal ini tentu membuat cemas kedua guru SD Muhammadiyah, Pak Harfan (kepala sekolah) dan Bu Mus (guru segala pelajaran). 

Hal ini sangat genting sampai Pak Harfan pun sudah mempersiapkan pidato pembubaran sekolah karena kurangnya jumlah murid yang mendaftar. "Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya, . . .". Di kelanjutan novel ini bakal banyak masalah-masalah lain bermunculan dari setiap tokohnya. Selanjutnya secara garis besar terdapat konflik yang melibatkan hampir seluruh tokoh saat lomba karnaval antar sekolah.

Konflik tersebut dapat terselesaikan saat seorang murid penyelamat bernama Harun datang dari kejauhan menuju SD Muhammadiyah untuk mendaftar. Di detik-detik pembacaan pidato pembubaran mereka semua terkejut akan datangnya seorang bocah dan ibunya dari kejauhan. Mereka berdua bagaikan malaikat dari surga menggenapkan jumlah murid di SD Muhammadiyah sehingga SD ini dapat kembali beroperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun