Yang saya temukan,bahwa iklan -iklan yang bersileweran tersebut hampir semuanya sama dan serupa,jadi siapa yang meniru siapa? Kesalnya lagi kog kebablasan?Â
Awalnya saya menduga iklan tersebut tampil di media massa  ketengan, tapi ternyata di tweeter juga ada, bahkan di Kompasiana juga? Rasanya yang masih aman cuma ada di YouTube, bagaimana menyikapi ini? Pembaca dan pemegang android bukan orang dewasa semua kan?Â
Dalam Etika periklanan dapat diartikan sebagai nilai atau panduan seorang praktisi iklan dalam menyebarluaskan pesan yang ingin disampaikan di ranah media massa agar tidak memicu SARA, pornografi serta tidak bertentangan dengan nilai apapun. Â misalnya dalam memasarkan produk obat,kan tidak harus gambar yang extrem? Anak-anak bisa melihat kan? Bagaimana menyikapi ini?Â
Saya khawatir sekali terhadap iklan-iklan yang tidak pantas ini. Saya sudah berusaha untuk menghindari media massa yang menyelipkan gambar jorok,porno,tapi tetap saja lewat didepan mata.OMG.....Kementrian infokom, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial,dan Dewan Periklanan Indonesia harus mengawal ini, supaya  tidak merusak generasi muda, kita harus bersama-sama menghimbau kepada anak-anak supaya tidak melihat iklan yang tidak pantas . Apa yang tengah dipertontonkan di media massa saat ini harus dihentikan.Â
Memang bagi orang yang tidak suka boleh membuang jauh-jauh pandangan nya dari media itu,tapi iklan -iklan tersebut sudah menguasai halaman sehingga konten-konten yang ditampilkan jadi tertutup dengan iklan yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan yang dibaca.
Miris....
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI