Belum hilang dari ingatan, ketika kami yang berdomisili disalah satu kota di Propinsi Sumatera Utara, yang mengandalkan parabola  (kuali sarrikat ) begitu  kami sebut, terlalu sering sakit hati, coba anda bayangkan, ketika ada tontonan (event nasional) kami harus puas dengan melihat layar gelaf karena acaranya diacak.Â
Belum lagi kami harus mengganti digital, yang kadang kala pihak yang ono menggeser frekwensi, yang kalau sudah diganti belum tentu ada jaminan akan bertahan selama setahun. kami harus siap membeli digital yang baru lagi, yang katanya kalau harganya dua ratusan, siaran ini, siaran itu tidak terjangkau, yang harga enam ratusan bisa dapat semua, tapi harus di instal ulang sesudah enam bulan.  (memangnya  itu saja kerja kita?) secara umum tidak semua orang bisa berlangganan TV Kabel atau sejenisnya. Kalaupun Iya, acara banyak yang tidak bermutu.
Saat ini  RCTI dan Inews sedang mengajukan uji materi atas UU Penyiaran, saya  malah heran. saya pikir  semuanya baek-baek saja, dengan adanya acara di You tube, yang kita bisa tonton kapan  dan dimana saja. Pertanyaannya mengapa baru sekarang? Mengapa setelah semua orang mulai melirik media yang lain, situ baru sadar? Sebagai contoh saat ini hampir semua orang tak sudi melewati  hari-harinya tanpa memegang ponsel, hal ini menunjukkan bahwa teknologi informasi sudah menjadi suatu hal yang sangat vital.Â
Saya tidak ingin membahas UU Penyiaran dan UU ITE,( takut salah ) yang menurut RCTI dan INews berbeda perlakuannya terhadap pengguna YouTube, instagram atau Facebook yang bisa mengadakan live, kedua  media  TV ini menuntut agar penerapan UU ini tidak berat sebelah.Â
Kita tidak boleh menampik  bahwa siaran Televisi memang sudah mulai ditinggalkan. ini  sebagai akibat pandemi Covid 19, Protokol kesehatan yang mengharuskan jaga jarak, peraturan itu  berlaku untuk  semua orang, tak terkecuali para penonton yang sering bercokol di studio TV, di arena shooting, maka tidak heran para youtuber khususnya artis  pun memanfaatkan situasi yang ada, mereka kan butuh sandang pangan, mereka mengais rezeki disana, kalau mereka tidak bekerja, mereka mau jadi apa? Terlepas dari masalah hobby atau apalah namanya,  sebagai youtuber jelas kehidupan nya semakin cemerlang . kita yakin  para youtuber ini sudah mempersiapkan segala sesuatu sebelum terjun di dunia maya. Â
Sebagai  pemirsa ada beberapa pandangan atau masukan yang mungkin bisa diterima akal sehat kita:
Pertama : pihak Tv secara keseluruhan harus menyadari akan kemajuan teknologi sekarang ini, banyaknya acara TV yang tidak bermutu dan hanya bisa ditonton oleh segelintir orang, misalnya  sebuah acara  yang hanya menonjolkan kekayaan dan kehidupan pribadi seorang artis, manfaatnya buat penonton apa? banyaknya iklan yang menghabiskan durasi acara, beberapa Host/artis  bersikap dan penampilan yang kurang pantas,( ini juga kita temukan di Youtube)
Kedua : Bagi sebagian daerah yang hanya mengandalkan parabola dan digital, hilangnya siaran Televisi tidak menjadi beban, karena semua bisa dinikmati di Youtube, yang bisa kita putar / tonton kapan saja. mungkin hanya para orangtua yang sudah uzurlah yang perlu menonton Televisi, tepat nya mendengar, sebab suara televisi yang membuatnya bisa tertidur, dan televisi itulah yang menonton para orangtua kita, ini fakta.Â
Ketiga : zaman sudah berubah, kita harus mengikuti perkembangannya, kalau tidak kita akan tertindas. untuk hal ini memang harus ada pengawasan.
Dengan adanya keberatan  kedua TV tersebut, maka kita  menjadi tersadar,  ada diantara kehidupan nyata, disatu sisi  puluhan tahun kita sudah terhibur oleh siaran TV, ( \kita harus jujur dan berani mengucapkan terimakasih) disisi lain kita sudah memasuki dunia yang nyaris tidak nyata.Â
Banyaknya konten youtube, yang bermacam aliran (hiburan,politik,komedi dsb) terkadang vulgar, membuat kita harus bisa memilih acara yang tepat untuk ditonton, pengawasan kita terhadap anak anak harus lebih diperketat, media hiburan sudah membuat jarak antara kita dengan orang lain, dengan orangtua, dengan anak-anak dan keluarga.Â