Dulu,2 (dua) Â tahun yang lalu, kita masih bebas memilih siaran tv. Bisa seharian kita duduk didepan televisi sambil pegang2 remote tv. Sangkin banyaknya siaran, sehingga tangan inipun sangat lancar menukar siaran ketika jeda iklan lewat. Kadang kita sampai ribut dengan suami, dengan anak-anak, sebab terkadang siremote entah siapa yang telah mengamankannya.Â
Begitulah keadaan,kondisi disaat itu. Makanya pada ngumpul diruang keluarga dan ketika siaran tertukar, pasti ada yang nyeletuk.... Huuuuuu.... siapa yang tukar itu?Â
Sekarang........ waduh..Â
Saya kurang tau apakah pihak Telkom, atau Satelit Palapa sudah mengetahui bahwa hampir seluruh wilayah Sumatera Utara, kecuali Medan tidak pernah lagi melihat.
RCTI,Trans7.Trans TV, Kompas, Berita Satu, TVRI. MNC, kami hanya bisa menonton Metro TV, TVOne, I News,Indosiar,SCTV,Net TV, RTV. Jadi saya merasa kehilangan Hak sebagai warga negara, yang tidak  mengenakkannya, bahwa mekanik TReciver harus diganti, padahal yang sekarang belum lama dibeli.Â
Memang sih, saya tau, ada indovision, TV Kabel, indihome, tp kan tidak semua orang mampu menggunakan jasa tersebut, Kantong orang tidak sama jahitannya, ada yang mudah sobek, ada yang tidak pernah sobek samasekali. Jadi saya sangat merindukan kebersamaan diruang keluarga untuk Nobar.Â
Saat ini, di depan televisi paling saya yang jadi penonton setia.karena tidak ada lagi saingan.Â
Kalau mungkin Pak Menteri Erick Tohir meninjau ulang semua itu, sangat lah kami harapkan. Tapi kalaupun tidak, kita siap-siaplah menuju zaman "hitam putih"
Merdeka bukan milik rakyat, tapi bagi para pengusaha kaya, yang saling berebut untuk mengisi kocek mereka. Apalagi kalau sudah ada sepak bola memperebutkan Piala Dunia,semua televisi kena hujan gerimis,Â
Entahlah...... Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H