Mohon tunggu...
muhammad arofik
muhammad arofik Mohon Tunggu... wiraswasta -

hanya orang awan yang melihat dari kacamata awam...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hentikan Sejenak Jarum Tipismu Itu!

10 Agustus 2010   20:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketakutan itu selalu menyergap hati ini setiap malam, setiap aku melihatmu. Engkau begitu tenang di dinding itu. Tanpa ekpresi sama sekali, ya amat datar. Engkau diam membisu. Engkau hanya terlihat menggerakkan jarummu yang paling tipis diantara 3 jarum yang engkau punyai. Justru jarum tipismu itu yang selama ini membuat aku takut. Ya, aku takut yang sangat luar biasa manakala aku melihat jarum tipismu itu bergerak. Pelan, tapi dengan irama yang amat ritmis, pasti.

Aku berharap engkau menghentikan sejenak jarum tipismu itu bergerak. Biarkan aku menghela nafas, menikmati alunan musik coldplay. Merasakan wine yang disuguhkan dalam sebuah bar, berkencan dengan wanita cantik yang aku sukai.

Aku ingin bertemu dengan begundal berdasi itu sambil menyeruput hangatnya mocha frappuccino di sebuah warung kopi. Berdiskusi hal-hal yang basi, dan tak lupa menyelipkan amplop karena telah banyak membantuku mencari sesuap nasi.

Biarkan hawa nafsu ini berkelana mengikuti iramanya, membiarkan kaki ini malas menginjakkan rumahNya. membiarkan wajah ini kering dari air wudlu.

Aku berharap engkau menghentikan sejenak jarum tipismu itu bergerak. Malam ini aku akan bertemu dengan seorang calon bupati yang berjanji memberikan aku komisi dengan harapan aku bisa mempertemukannya dengan ketua partai cahaya. Karena rekomendasi ketua partai itu memuluskan jalannya jadi bupati.

Tapi jarum tipismu itu tidak mungkin berhenti walau sejenak. Dengan irama yang teratur sekali. Aku begitu takut, sangat takut. Setiap kali jarum itu bergerak, saat itu juga Tuhan menunjukkan kuasanya. Setiap kali jarum tipis itu bergerak berarti kematian semakin dekat. Satu detik, dua detik, satu menit, satu jam, hari, minggu, bulan, tahun, takdir itu serasa kian dekat, dimana nyawa ini dengan apapun caranya akan tercabut pelan…mulai dari ujung jari kaki hingga ke ubun-ubun.

Setiap melihat jarum tipismu itu bergerak ketakutan semakin menjadi-jadi karena orang-orang yang aku cintai akan dijemput oleh izrael. Ibu, bapak, kakak dan sahabat-sahabatku. Dan aku belum melakukan apapun untuk mereka.

Setiap melihat jarum tipismu itu bergerak, aku hanya bisa menggigil bersujud di keheningan sepertiga malam, hanya bisa terpekur menangis, hati berdebar-debar menyambut datangnya takdir yang pasti terjadi tanpa bekal apapun…Karena aku selalu mengabaikan setiap detak jarum tipismu itu…

Marhaban ya Mubarak, semoga kita tidak abai mengisi setiap detik ramadhan dengan amalan terbaik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun