Mohon tunggu...
Khaerul Ikhwan
Khaerul Ikhwan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir dari kesederhanaan kini tumbuh semakin kokoh terus berjuang kearah kemajuan (MM)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerabah Pekunden dan Eksistensinya

11 Agustus 2011   06:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="432" caption="Salah satu pengerajin gerabah yang sedang diliput tim Jejak Si Gundul"][/caption] Pemalang, pekunden sejak dahulu terkenal dengan gerabahnya. Dahulu sebagian besar masyarakat pekunden memiliki profesi sebagai pembuat gerabah, namun seiring dengan perkembangan jaman generasi penerus yang melanjutkan keahlian membuat gerabah ini mulai menyusut. Hal ini dikarenakan pendapatan yang bisa dihasilkan dari profesi ini tidaklah cukup banyak. Begitu juga dengan tungku, di pekunden ini hanya tersisa 6 tungku pembakaran saja. Proses pembuatan gerabah ini dimulai dari menyisir tanah liat agar ketika dicampur dengan pasi bisa tercampur dengan rata, setelah itu tanah liat diulet dengan pasir dengan cara diinjak-injak, setelah tanah liat dan pasir diulet campuran ini siap untuk dibentuk. [caption id="" align="alignleft" width="432" caption="Proses Pembakaran"][/caption] Para pengrajin gerabah di pekunden biasa membuat ragam pot bunga, gentong, cobek, dan juga kluweng serta bentuk-bentuk yang lain. Proses pembuatan pot juga harus melalui tahap pemberian motif yang dilakukan dengan menggambar motif disekeliling pot dengan menggunakan alat khusus yang dibuat sendiri. Setelah terbentuk proses selanjutnya adalah pengeringan, pengeringan ini bertujuan agar ketika dibakar bisa matang dengan sempurna. Proses pembakaran disini sedikit unik, mereka biasa menggunakan sampah sebagai bahan bakar  baik sampah kertas maupun sampah plastik. Penggunaan sampah sebagai bahan bakar ini bertujuan untuk menekan biaya produksi. Proses pembakaran biasanya dilakukan dari pagi hingga sore. Dimulai dari menyusun gerabah di tungku sampai proses bakar. Sedangkan pembongkaran gerabah dari tungku dilakukan esok harinya. Para pengrajin gerabah memasarkan gerabahnya dirumah masing-masing. Mereka biasanya hanya menunggu pembeli datang ke rumah mereka masing-masing. Beberapa waktu yang lalu eksistensi para pengerajin gerabah ini mulai mendapat sorotan dari media. Salah satu media yang menyorot keberadaan pengerajin ini adalah Stasiun TV swasta nasional yang meliput proses pembuatan gerabah dari awal sampai siap untuk dijual. Semoga dengan adanya liputan ini bisa lebih mengangkat keberadaan mereka dan membuat para pihak yang terkait untuk membantu baik dalam bentukpelatihan maupun modal sehingga usaha mereka ini bisa berkembang dalam segi kuaitas sehingga bisa mengangkat perekonomian mereka. (arl/EGII) Baca juga: Pemalang "Digunduli"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun