Memilih judul “More Than a Biography” untuk tulisan ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk berpikir keras, bagaimana bisa saya bisa menulis sebagian informasi mengenai kehidupan saya yang lebih dari sekedar biografi sebagai tugas akhir dari salah satu matakuliah yang sedang saya ambil. Karena jujur saja menulis biografi adalah hal yang baru bagi saya sehingga dalam menulis kali ini saya dituntut untuk memutar otak “sekreatif” mungkin agar tulisan ini menarik untuk dibaca. Tetapi lebih dari semua itu, setidaknya saya akan berbagi pelajaran positif dari pengalaman-pengalaman yang saya miliki. Dan biarkan saya mencoba untuk berbagi sedikit mengenai siapa itu Arya Nugeraha? dari mana asalnya dan dimana sekarang dia tinggal? Mari simak dimari.
Kota Bontang adalah sebuah kota kecil yang terletak di provinsi Kalimantan Timur. Kota ini dijuluki sebagai kota industri karena disini terletak dua perusahaan industri besar yang bergerak dalam bidang pupuk kimia dan gas alam dengan skala nasional (informasi selengkapnya bisa googling). Dengan adanya dua perusahaan besar ini membuat kota Bontang sebagai kota dengan pendapatan perkapita terbesar di Indonesia. Dengan pendapatan perkapita sebesar Rp 368,050.000,- tiap tahunnya, menempatkan kota ini sebagai kota dengan pendapatan perkapita tertinggi di seluruh Indonesia (KaltimPost). Sehingga lahir dan besar di kota ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi saya sekalipun sarana hiburan yang tidak seramai di kota-kota lainnya.
Sejak sekolah dasar saya hanyalah siswa yang tergolong biasa saja, prestasi akademik pun tak terlalu bagus-bagus amat. Standar, hanya itu kata yang mungkin dapat menggambarkan. Menyadari kemampuan yang biasa-biasa saja membuat ibu mendorong untuk ikut dalam kegiatan non-akademik, dan pada saat itu saya diikutkan dalam sebuah klub tenis untuk anak-anak. Saat itu saya masih menginjak kelas tiga SD dan melihat banyak teman-teman yang juga mengikuti klub itu maka saya pun semangat untuk masuk dalam klub juga.
Selama kurang lebih satu tahun belajar perlahan satu-persatu teman-teman dekat yang ikut dalam klub tersebut memilih berhenti dan tidak pernah datang latihan lagi. Alhasil hanya saya yang tersisa dengan peserta yang lain dan mayoritas adalah anak-anak karyawan dari salah satu perusahaan besar di Bontang. Minder? tidak juga, hanya saja saya bosan dengan situasi yang ada ketika berlatih karena mereka (anak-anak karyawan) hanya berteman dengan sesama mereka saja dan tidak bergaul dengan orang “luar” seperti saya. Sedikit aneh tetapi cukup masuk akal karena sejak TK hingga SD mereka berada dalam sekolah yang sama, dan tak heran mereka kurang terbuka dengan orang yang tidak sama dengan mereka. Berhenti di olahraga tenis, saya mencoba beralih pada seni beladiri.
Kembali hanya bertahan selama satu bulan, dan dengan alasan yang sama. Entah mengapa saya tidak bosan untuk mencoba lagi dan kali ini dengan ikut klub badminton yang tak jauh dari tempat tinggal, dan juga kembali tidak bertahan lama. Latihan fisik yang keras yang membuat saya tidak tahan dengan olahraga ini. Dan entah apa yang ada dalam pikiran saya waktu itu kembali saya mencoba mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di SD saya pada masa-masa semester akhir di kelas enam. Dengan waktu yang sempit membuat saya tidak dapat belajar dan mendapatkan pengalaman yang banyak dalam olahraga ini.
Singkat cerita masuk SMP saya mulai mengenal organisasi kesiswaan yakni OSIS pada masa orientasi siswa baru. Pada saat itu besar keinginan saya untuk bisa bergabung dalam pengurus OSIS pada saat SMP, hanya saja hal itu tidak dapat saya capai karena pemilihan pengurus OSIS yang baru hanya dipilih secara langsung oleh pengurus yang lama sehingga tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk bergabung.
Tidak dapat bergabung di pengurus OSIS membuat saya bergabung dengan ekstrakulikuler basket. Dan entah lah apakah memang saya tidak berbakat dalam bidang olahraga membuat saya juga tidak lama menekuni olahraga basket di karenakan saya lebih sering “memanaskan” bangku cadangan ketimbang bermain ketika ada pertandingan. Dan pada akhirnya tepat ketika saya di akhir semester kelas satu SMP saya diajak oleh salah satu sahabat saya untuk bergabung dalam regu pramuka yang ada di sekolah. Dia mengatakan bahwa mereka sedang kekurangan anggota untuk mengikuti lomba lintas alam tingkat SMP se-kota Bontang.
Merasa tertantang dengan dunia kepramukaan yang identik dengan perkemahan, menjelajah alam dan lain sebagainya membuat saya mengiyakan ajakannya pada waktu itu. Dan tak terasa hingga menjelang lulus SMP saya telah menekuni dunia pramuka dan bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama, tidak seperti sebelumnya saya bisa bertahan dalam ekstrakulikuler ini dibandingkan dengan kegiatan yang lain. Dan akhirnya baru saya sadari mungkin saja minat dan ketertarikan saya adalah dalam bidang organisasi, bukan olahraga.
Berlanjut di SMA saya mencoba peruntungan kembali untuk bisa masuk dalam pengurus OSIS di sekolah saya. Dan kali ini sistem perekrutannya pun terbuka untuk semua siswa, dengan metode yang berbeda dengan yang di SMP saya sebelumnya. Dalam tahap ini semua peserta diharuskan melewati semua proses seleksi seperti tes pengetahuan umum, wawancara dan kepemimpinan. Singkat cerita saya akhirnya lolos semua tahapan dan masuk dalam kepengurusan OSIS di SMA. Pada tahun kedua di SMA, tepatnya pada kelas dua regenerasi pengurus pun dilakukan. Dan pada waktu itu salah satu sahabat saya mengajak saya dan seorang teman saya untuk maju sebagai calon ketua OSIS.
Awalnya saya kurang yakin dengan diri sendiri apakah mampu mendampingi teman-teman saya ketika misalnya kami terpilih sebagai ketua, karena pada saat itu dalam struktur pengurus OSIS di sekolah kami terdiri dari ketua umum, ketua satu dan ketua dua. Dan saya diminta untuk mengisi posisi ketua satu. Menjelang pemilihan kami pun melakukan kampanye ke setiap kelas yang ada di sekolah kami, dan puji Tuhan kami bertiga boleh terpilih menjadi ketua pada saat itu melalui pemungutan suara oleh seluruh siswa di sekolah.
Banyak hal yang saya dapatkan melalui pengalaman-pengalaman sejak dari SMP dan SMA dalam hal organisasi, dan meskipun begitu belum membuat saya merasa puas akan pengalaman berorganisasi yang akhirnya saya lanjutkan dalam dunia perkuliahan. Unit kegiatan mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen menjadi pilihan organisasi kampus yang saya ikuti. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini saya berada dalam lembaga yang bergerak dalam bidang kerohanian. Meskipun begitu, kegiatan-kegiatan umum layaknya sebuah organisasi tetap dilakukan meskipun kami bergerak dalam bidang rohani. Seperti rapat kerja, rapat koordinasi, evaluasi proker hingga musyawarah besar dan lain lain tetap kami lakukan. Dan tepatnya pada musyawarah besar di tahun 2014 pada bulan Maret tanggal 15 saya ditetapkan sebagai ketua untuk satu periode kepengurusan setelah dipilih melalui pemungutan suara.